Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/202 diproyeksi tetap positif, meski melambat dari capaian pada kuartal sebelumnya.
Salah satu indikatornya, Bank Indonesia (BI) dalam Survei Penjualan Eceran (SPE) memperkirakan kinerja penjualan eceran akan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif pada Oktober 2022.
“Hal ini tercermin dari prakiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2022 sebesar 204,3, atau tumbuh positif sebesar 4,51 persen secara tahunan [year-on-year/yoy],” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Rabu (9/11/2022).
Erwin menjelaskan, tetap kuatnya penjualan eceran terutama didukung oleh peningkatan penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat sebesar 8,6 persen pada Oktober 2022.
Di samping itu, sektor penopang lainnya yaitu perbaikan pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi, meski masih terkontraksi sebesar -20,8 persen secara tahunan.
Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran pada Oktober 2022 diperkirakan meningkat sebesar 3,1 persen (month-to-month/mtm), berbalik dari kontraksi -1,8 persen mtm pada September 2022.
Baca Juga
Peningkatan tersebut kata Erwin didorong oleh perbaikan pada seluruh kelompok, dengan peningkatan tertinggi pada subkelompok sandang sebesar 3 persen mtm, sejalan dengan program diskon yang diterapkan oleh sejumlah ritel.
Perbaikan juga diikuti oleh membaiknya kontraksi kelompok suku cadang dan aksesori, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, yang masing-masingnya tercatat sebesar -1,4 persen mtm dan 0,9 persen mtm.
Secara spasial, penjualan eceran pada Oktober 2022 diperkirakan lebih tinggi pada beberapa kota cakupan survei.
Kota yang tercatat meningkat secara tahunan, terutama di Kota Medan dan Jakarta, sementara itu penjualan eceran di Banding tercatat mengalami perbaikan kontraksi.
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyampaikan salah satu faktor yang akan mempengaruhi perlambatan ekonomi kuartal IV adalah karena sudah berakhirnya low based effect, mengingat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2021 mencapai 5,02 persen.
“Di kuartal IV saya kira memang low base effect-nya sudah hilang, itu akan mengurangi pula potensi pertumbuhan ekonomi kita di kuartal IV/2022 tahun ini,” katanya.
Di samping itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adalah kenaikan harga konsumsi. Laju inflasi tercatat tinggi pada September 2022 dan berlanjut pada Oktober, meski pada November diperkirakan ada moderasi dan sedikit melambat.
Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2022 akan mencapai 5,3 persen, cukup moderat, lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada kuartal III/2022 yang sebesar 5,72 persen.
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2022 diperkirakan akan mencapai 5,1 persen.