Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan, Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menyatakan komitmennya untuk membantu pengembangan industri semikonduktor di Indonesia.
Komitmen itu sebagai tindaklanjut dari rencana Pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan ekspor silika dalam waktu dekat. Saat ini, kata Agus, Pemerintah AS telah menyusun sejumlah kerangka kerja yang memprioritaskan Indonesia sebagai tujuan investasi pengembangan industri semikonduktor.
“Sedang dirumuskan oleh pemerintahan [Joe] Biden dan Indonesia menjadi prioritas untuk membawa investor dari Amerika Serikat masuk ke Indonesia dan kami memprioritaskan di bidang semikonduktor,” kata Agus saat ditemui di Jakarta Convention Center, dikutip Kamis (3/11/2022).
Di sisi lain, Agus mengatakan, kementeriannya tengah menghitung rencana larangan ekspor silika mengacu pada rencana investasi industri semikonduktor tersebut. Hitung-hitungan itu juga ikut memerhatikan setiap bagian dari rantai industri itu.
“Nantinya akan melibatkan perusahaan-perusahaan yang sudah berpengalaman di situ termasuk perusahaan Amerika Serikat,” kata dia.
Seperti diketahui, permintaan industri internet of things (IoT) di Tanah Air terhadap semikonduktor atau cip diproyeksi tumbuh 11 persen secara tahunan (year on year/yoy) sepanjang 2022.
Baca Juga
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya memperkirakan total semikonduktor yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri sekitar 41 juta unit. Terdiri atas ponsel pintar 30 juta, perangkat smarthome 10 juta, serta smart building, dan smart industry 1 juta.
Menurut Teguh, proyeksi pertumbuhan tersebut didorong oleh naiknya permintaan pada tiap subsektor tersebut. Dia menerangkan, permintaan konsumen terhadap perangkat ponsel pintar diperkirakan tumbuh sekitar 8 persen tahun ini.
Sementara itu, permintaan untuk perangkat smarthome seperti CCTV masih sesuai dengan tren pertumbuhan, yakni sebanyak 10 juta/tahun.
"Kalau untuk sektor industri, kebutuhan terhadap perangkat IoT lebih tinggi untuk smart building dibandingkan dengan smart manufacturing," kata Teguh kepada Bisnis, Senin (31/10/2022).