Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut tidak ada satu orang pun yang dapat meramal kondisi ekonomi 2023. Pasalnya, dia menuturkan situasi ekonomi global yang diselimuti awan gelap.
Hal tersebut disampaikan Bahlil saat ditemui Bisnis di kediamannya di komplek Widya Chandra, Jakarta Selatan pada Selasa (25/10/2022).
“Bagaimana 2023? Ini yang membuat kita, jujur aja, tidak ada satu orang pun yang dapat meramal tentang bagaimana ekonomi 2023,” kata Bahlil.
Ketika negara di seluruh dunia tengah berupaya bangkit dari pandemi, muncul perang antara Rusia dan Ukraina, yang telah memicu krisis pangan dan energi di berbagai negara termasuk Indonesia. Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tersebut mengakui dampak yang paling berat untuk Indonesia adalah di sektor energi.
Bahlil menuturkan produksi minyak Indonesia hanya mencapai 700.000 barel per hari sedangkan konsumsinya mencapai 1,5 juta barel per hari. Itu artinya, Indonesia mengimpor kurang lebih 800.000 barel per hari.
Harga minyak yang melonjak hingga US$103 setelah adanya perang membuat pemerintah memutuskan untuk memangkas subsidi energi. Sebab jika itu tidak dilakukan, katanya, anggaran subsidi diperkirakan membengkak lebih dari Rp600 triliun.
Bukan itu saja, ddanya perang juga telah memicu menyebabkan kurs dolar yang tadinya Rp14.500 kini berada di kisaran Rp15.300 - Rp15.500.
“Karena apa? Suku bunga The Fed dinaikkan dan orang pasti bawa kesana. Jadi ini perang yang luar biasa sekali,” ujarnya.
Selain itu, tidak ada satupun teori terkait penanganan pandemi sehingga seluruh dunia di negara tengah mengalami kondisi yang sama.
Dia mencontohkan Inggris sebagai salah satu negara maju di dunia juga tidak memiliki referensi dalam mengelola negara pasca pandemi, perang, krisis hingga terjadi peralihan kepemimpinan.
“Berikut adalah Indonesia bagaimana? Menurut saya, secercah harapan di balik kegelapan, itu ada di 2023. Secercah harapan itu ada, kenapa ada, fundamental ekonomi kita kuat,” pungkasnya.