Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil: Ekonomi Dunia Gelap, Tapi Ada Secercah Harapan di Indonesia

Secercah harapan tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tumbuh 5,44 persen di kuartal II/2022.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia masih memiliki secercah harapan meskipun ekonomi global saat ini diliputi awan gelap.

Secercah harapan tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tumbuh 5,44 persen di kuartal II/2022 dan tingkat inflasi yang masih terjaga di bawah 6 persen sekalipun pemerintah melakukan penyesuaian terhadap harga bahan bakar minyak (BBM).

“Sekalipun pertumbuhan ekonomi global tidak baik-baik saja atau dalam bahasa kami kondisi gelap, namun secercah harapan ada di Indonesia,” kata Bahlil saat ditemui Bisnis di kediamannya di komplek Widya Chandra, Jakarta Selatan pada Selasa (26/10/2022).

Dia yakin, pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2022 masih berada di atas 5 persen. Mantan Ketua Hipmi itu juga optimistis mampu mencapai target investasi sebesar Rp1.200 triliun pada tahun ini.

Namun demikian, secercah harapan itu bisa menjadi malapetaka jika salah mengambil kebijakan. Dia mencontohkan Inggris, dimana mantan perdana menteri Liz Truss mengumumkan pemotongan pajak sebesar 45 miliar poundsterling atau yang dia sebut sebagai ‘mini budget’.

Keputusan tersebut justru menyebabkan masalah ekonomi yang besar di Inggris dan berujung pada pengunduran Truss dari jabatannya beberapa waktu lalu.

Belajar dari negara lain, Bahlil menekankan ke depannya tidak hanya dibutuhkan kalkulasi proyeksi ekonomi, tetapi juga proyeksi politik, hukum, dan sosial.

“Dengan kondisi fundamental yang ada ini, maka proses merumuskan langkah kebijakan ekonomi ke depan, di dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu ini tidak hanya dibutuhkan kalkulasi proyeksi ekonomi tapi juga proyeksi politik, proyeksi hukum, dan proyeksi sosial,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper