Bisnis.com, TANGERANG — Hampir genap sewindu atau delapan tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kondisi pangan di Indonesia dinilai sejauh ini masih terkendali.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengklaim kondisi pangan di Indonesia sampai dengan saat ini masih terbilang aman dan harganya terjangkau.
“Kami bersyukur ekonomi masih terus tumbuh 5,44 persen, surplus perdagangan hampir US$30 miliar. Pangan tersedia harga terjangkau, itu kami syukuri, politik stabilitas aman,” kata Mendag saat ditemui di Tangerang, Kamis (20/10/2022).
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menilai selama kepemimpinan Jokowi banyak hal yang mendukung ketahanan dan kestabilan harga pangan.
"Yang saya alami sendiri adanya Pembentukan Badan Pangan Nasional seperti amanah UU No. 18/2012 dan Pembetukan Holding BUMN Pangan," kata Arief, Kamis (20/10/2022).
Selain itu, dalam 3 tahun terakhir atau selama periode kedua Jokowi, produksi beras nasional mencapai sekitar 30 juta ton per tahun.
Wujud lain dalam menjaga ketahanan pangan yakni Jokowi terus menggencarkan pembangunan infrastruktur sektor pertanian seperti pembangunan waduk, embung, dan saluran irigasi penunjang pertanian. Arief pun melihat inflasi masih terjaga hingga saat ini untuk kondisi pangan.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, inflasi untuk volatile food per September 2022 dalam tingkat perlu kewaspadaan. Tercatat pada September 2022 volatile food mengalami deflasi sebesar 0,79 persen setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 2,90 (mtm).
Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi bawang merah, aneka cabai, dan minyak goreng sejalan dengan peningkatan pasokan seiring panen raya di daerah sentra produksi dan pasokan minyak goreng yang terjaga.
Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring periode musim panen gadu di daerah sentra produksi. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 9,02 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,93 persen (yoy).