Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Pede Inflasi RI Terjaga di 6 Persen Hingga Akhir Tahun

Menko Marves Luhut B. Pandjaitan memproyeksikan inflasi di Indonesia hanya mencapai 6 persen hingga akhir tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan optimistis pemerintah dapat menahan laju inflasi di angka 6 persen hingga akhir tahun 2022.

Meski di satu sisi, Luhut melihat saat ini dunia menghadapi perfect storm, di mana harga komoditas yang sangat tidak stabil. Bahkan volatilitas harga komoditas saat ini semakin melonjak tinggi.

"Saya pikir inflasi masih terkendali di negara kita. Kita bisa menahan setelah kenaikan harga BBM, kita cukup yakin bisa menjaga inflasi di kisaran 6 persen sampai akhir tahun ini," kata Luhut dalam pembukaan SOE International Conference dan Peluncuran Indonesia Water Fund (IWF), Senin (17/10/2022).

Tak dipungkiri, saat ini harga minyak mendekati US$100 dolar per barel. Namun, menurut Luhut, Indonesia cukup beruntung dengan harga minyak sawit sebagai komoditas ekspor utama Indonesia yang terus meningkat.

Luhut pun mengimbau untuk terus waspada dengan volatilitas yang tak menentu. Pasalnya, lonjakan harga komoditas global utamanya energi dan pangan memicu kenaikan harga di berbagai negara.

"Kita beruntung ekonomi kita sampai hari ini masih cukup terkendali, baik itu inflasi dan segala macamnya. Tapi kita tidak boleh jumawa terhadap ini. Apapun bisa terjadi, karena itu kita semua harus mengamati cermat data-data ini," jelasnya.

Lonjakan harga komoditas global khususnya energi dan pangan diproyeksi terus memicu kenaikan harga di berbagai negara. Adapun saat ini, inflasi di Tanah Air masih moderat di angka 5,9 persen.

Lebih lanjut, Luhut menegaskan bahwa tidak ada yang dapat memprediksi kondisi ekonomi lebih dari 3 bulan ke depan. Hal ini ditunjukkan dengan proyeksi IMF yang direvisi terkait pertumbuhan ekonomi global dan memperingatkan adanya ancaman resesi.

Berbagai kondisi ini bersumber dari situasi pandemi Covid-19 sehingga ancaman krisis ekonomi global semakin nyata dan diperparah dengan konflik geopolitik perang Ukraina-Rusia yang semakin tak terbendung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper