Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan pelaku usaha menilai pemerintah perlu menyalurkan stimulus baik di sisi pasar maupun pelaku industri untuk menjaga laju manufaktur pada kuartal IV/2022.
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani hal itu diperlukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang terancam melemah akibat inflasi dan volume produksi industri.
"Harus ada stimulusnya, baik di sisi pelaku usaha maupun di sisi pasar. Sebab, pelaku usaha tidak akan memproduksi jauh lebih banyak daripada yang bisa diserap pasar," kata Shinta kepada Bisnis, Jumat (14/10/2022).
Dari sisi suplai, jelasnya, setidaknya diperlukan dua jenis stimulus. Pertama, stimulus untuk efisiensi beban biaya overhead produksi yang meningkat seiring dengan inflasi yang terjadi di Tanah Air.
Kedua, stimulus berupa pinjaman usaha yang affordable agar perusahaan punya cukup dana untuk mempertahankan ataupun melakukan ekspansi produksi.
Perlu diketahui, kinerja sektor manufaktur diperkirakan melambat pada kuartal IV/2022. Laporan terbaru Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) memperkirakan kinerja manufaktur berpotensi turun ke level 53,18, dibandingkanengan kuartal III/2022 dengan indeks berada di level 53,71.
Baca Juga
Pelambatan dialami oleh sejumlah komponen penentu, yakni volume produksi serta volume persediaan barang jadi.
"Volume produksi kuartal IV/2022 diprakirakan melambat secara kuartalan dari 57,12 menjadi 55,06," tulis BI dalam laporannya, dikutip Jumat (14/10/2022).