Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku usaha berupaya memperbaiki rantai pasok terutama pada sektor otomotif untuk menjaga laju pertumbuhan industri yang melambat pada kuartal IV/2022.
Salah satu sektor yang dianggap bisa menjaga laju pertumbuhan industri yaitu sektor otomotif. Guna menjaga pertumbuhan sektor itu, penyerapan pasokan domestik digenjot untuk memangkas biaya produksi.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bobby Gafur Umar. Menurutnya, Kadin telah mengupayakan sejumlah strategi agar sektor tersebut mampu memanfaatkan potensi pasar domestik.
Sejauh ini, Kadin berupaya agar manufaktur otomotif dalam negeri bisa menyerap lebih banyak pasokan komponen dalam negeri, terutama yang digarap sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM). Dengan porsi pasokan komponen lokal lebih besar, maka manufaktur bisa menekan ongkos produksi terutama untuk komponen impor yang sebagian besar didatangkan dari China.
"Sebelumnya, beberapa komponen diimpor dari China. Dengan upaya ini komponen tersebut akan disubstitusi oleh produk lokal [IKM] dengan harga yang bisa disesuaikan dengan daya beli masyarakat," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (14/10/2022).
Upaya Kadin tersebut, sambung Bobby, juga disertai dengan bimbingan oleh pengusaha besar untuk pelaku IKM agar dapat meningkatkan kualitas produk supaya sesuai dengan standar pasar.
Baca Juga
Bobby berharap upaya pelaku usaha menggenjot kinerja pada sektor komponen otomotif tersebut mampu memberikan efek domino kepada industri lain. Khususnya, sebut Bobb, sektor transportasi yang membutuhkan armada kendaraan sangat besar seiring dengan menggeliatnya pertumbuhan pergerakan barang.
Laporan terbaru Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) memperkirakan kinerja manufaktur berpotensi turun ke level 53,18 pada kuartal terakhir tahun ini. Sebelumnya, pada kuartal III/2022 skor PMI berada pada level 53,71.
Pelambatan dialami oleh sejumlah komponen penentu, yakni volume produksi serta volume persediaan barang jadi.
"Volume produksi kuartal IV/2022 diprakirakan melambat secara kuartalan dari 57,12 menjadi 55,06," tulis BI dalam laporannya, dikutip Jumat (14/10/2022).