Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja industri manufaktur RI pada kuartal IV/2022 diperkirakan melambat. Laporan terbaru Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) menunjukkan kinerja manufaktur turun ke level 53,18.
Angka tersebut turun moderat dibandingkan dengan kuartal III/2022 dengan indeks berada di level 53,71. Pelambatan dialami sejumlah komponen penentu, di antaranya volume produksi serta volume persediaan barang jadi.
"Volume produksi kuartal IV/2022 diperkirakan melambat secara kuartalan dari 57,12 menjadi 55,06," tulis BI dalam laporannya, dikutip Jumat (14/10/2022).
Adapun, penurunan volume produksi terjadi pada subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya, semen dan barang galian nonlogam, barang kayu dan hasil hutan lainnya, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Selanjutnya, pelambatan volume persediaan barang jadi juga diperkirakan melambat dari 55,78 persen menjadi 52,85 persen.
Penurunan terjadi di subsektor semen dan barang galian nonlogam, alat angkut, mesin dan peralatannya, serta barang kayu dan hasil hutan lainnya.
Baca Juga
Sampai dengan kuartal III/2022, PMI-BI masih berada di zona ekspansi dengan mengalami kenaikan moderat secara kuartalan dari 53,61 persen menjadi 53,72 persen.
Peningkatan tersebut didorong oleh 3 komponen utama di industri pengolahan, antara lain volume produksi, volume persediaan barang jadi, serta jumlah tenaga kerja.
Adapun, peningkatan terjadi pada sejumlah subsektor. Dengan indeks tertinggi pada subsektor semen dan barang galian nonlogam sebesar 58,91 persen, logam dasar besi dan baja 56,62 persen, serta kertas dan barang cetakan 55,63 persen.
Perkembangan PMI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor industri pengolahan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) BI yang meningkat dengan saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 3,18 persen.
Mengacu kepada kinerja tersebut, diperkirakan kinerja industri pengolahan pada kuartal IV/2022 masih berada di zona ekspansi, tetapi tidak setinggi pencapaian pada kuartal III/2022.
PMI-BI pada kuartal IV/2022 diproyeksikan turun ke level 53,18 persen. Kendati demikian, beberapa komponen seperti volume pesanan, produksi, persediaan barang jadi, dan penerimaan barang pesanan input diperkirakan masih berada di zona ekspansi.
Beberapa subsektor yang diperkirakan meningkat antara lain logam dasar dan besi baja sebesar 58,54 persen, serta pupuk, kimia, dan barang dari karet 52,37 persen. Sementara itu, subsektor alat angkut dan peralatannya diprakirakan mengalami kontraksi.
Kinerja subsektor alat angkut dan peralatannya diprakirakan diprakirakan berada di luar zona ekspansi, yakni 49,63 persen.