Bisnis.com, JAKARTA - Industri manufaktur di Tanah Air diperkirakan tetap berada di zona ekspansi hingga akhir 2022 meskipun Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 4,1 persen menjadi 2,9 persen.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kandani mengatakan ekspansi manufaktur dalam negeri bakal ditopang oleh momentum konsumsi menjelang akhir tahun yang memicu peningkatan permintaan.
"Industri masih cukup optimistis melakukan ekspansi. Sebab, ada momentum konsumsi menjelang akhir tahun yang menciptakan peningkatan demand produk industri manufaktur," kata Shinta kepada Bisnis, Rabu (5/10/2022).
Berkaca dari pengalaman 6 bulan terakhir, yakni periode April-September 2022, kinerja industri manufaktur Indonesia tercatat meningkat sebesar 1,8 poin dan selalu berada di zona ekspansi.
Pada April 2022, riset S & P Global melaporkan purchasing manufacture indeks (PMI) Indonesia berada di zona ekspansi dengan 51,9 poin. Pada September 2022, PMI nasional menguat menjadi 53,7 poin.
Kendati demikian, penurunan sempat terjadi selama 2 bulan berturut-turut, yakni pada Mei dengan indeks melemah ke level 50,8 dan berlanjut pada Juni yang nyaris menyentuh batas level zona ekspansi, 50,2 poin.
Baca Juga
Sejumlah faktor yang menjadi indikator pelemahan kinerja manufaktur Indonesia periode Mei - Juni 2022, yakni kekurangan pasokan bahan baku dan keterlambatan transportasi logistik, sebenarnya masih patut diwaspadai.
Dengan kata lain, sektor manufaktur Indonesia perlu menyiapkan strategi yang betul-betul matang untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk, dan mesti sangat jeli mempertimbangkan proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi 2022 dari Bank Dunia.
Sebaliknya, beberapa hal seperti akses terhadap bahan baku manufaktur serta permintaan domestik harus tetap dijaga baik oleh pelaku industri maupun pemerintah. Sebab, kedua hal itu menjadi penopang utama kian ekspansifnya kinerja manufaktur Indonesia.