Bisnis.com, BATU BARA - PT Pelindo (Persero) terus mendorong pengoperasian pelabuhan secara otomatis guna mendorong efisiensi. Salah satunya bisa ditemukan di salah satu anak Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), yakni PT Prima Multi Terminal.
Pada Kuala Tanjung Multipurpose Terminal yang terletak di Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, hampir keseluruhan alat berat kepelabuhanan sudah digerakkan secara otomatis. Misalnya, aktivitas penyusunan peti kemas di container yard (CY) sudah terpusat di satu control room.
"Keunggulan kita di sini itu secara aktivitasnya sudah otomatis. Kalau dilihat di lapangan itu di CY tidak ada aktivitas orang karena kita menggunakannya [secara otomatis] di ruangan remote operating system atau ROS," ujar Direktur Utama Prima Multi Terminal Rudi Susanto kepada Tim Jelajah Pelabuhan Bisnis Indonesia, Senin (19/9/2022).
Selain itu, pengoperasian rubber tyred gantry (RTG) untuk menyusun peti kemas secara vertikal di container yard telah menggunakan energi listrik. Upaya elektrifikasi tersebut diakui turut membantu efisiensi biaya operasi di tengah penaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Untuk gate bagi kapal-kapal yang masuk, lanjut Rudi, juga sudah dioperasikan secara otomatis atau sistem digital.
Sementara itu, pengoperasian container crane (CC) untuk bongkar muat peti kemas dari atau ke kapal masih dioperasikan secara manual dan menggunakan BBM.
Baca Juga
Digitalisasi dan elektrifikasi di Kuala Tanjung dinilai semakin mendorong efisiensi pelayanan di pelabuhan yang tergolong belia ini. Port stay, atau lama sandar kapal, saat ini diklaim rata-rata sekitar 15 sampai dengan 25 jam. Sementara itu, kecepatan bongkar muat yakni sekitar 40 box ship per hour (BSH).
Selain di Kuala Tanjung, pengoperasian secara otomatis dan elektrifikasi alat berat terminal terlihat di beberapa pelabuhan besar lainnya. Contohnya, di Tanjung Priok Jakarta, Teluk Lamong Surabaya, dan Makassar New Port Makassar.
Adapun, Kuala Tanjung Multipurpose Terminal mulai dioperasikan secara reguler pada 2019 guna mendukung kinerja Pelabuhan Belawan di Sumatra Utara. Pelabuhan multiguna ini juga diharapkan bisa mendukung kawasan industri dan perekonomian di sekitarnya seperti Kuala Tanjung Industrial Estate dan KEK Sei Mangkei.
Integrasi antarmoda guna mendukung mobilitas barang atau curah juga didukung dengan adanya moda kereta api barang serta Tol Trans Sumatra.
Terminal tersebut memiliki kapasitas pelayanan peti kemas sebesar 400.000 twenty-foot equivalent per units (TEUs), curah cair crude palm oil (CPO) 1,2 juta ton, serta general cargo.
Realisasinya, kinerja arus peti kemas (throughput) sejak 2019 hingga 2021 terus meningkat. Per 2021, throughput tercatat mencapai 70.314 TEUs dan per Agustus 2022 telah mencapai 40.583 TEUs.
Sementara itu kinerja curah cair per 2021 sudah mencapai 672.726 ton, dan per Agustus 2022 telah mencapai 256.220 ton.
Berbeda dengan peti kemas dan curah cair, kinerja general cargo per 2021 tercatat lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada 2021, throughput general cargo sebesar 4.152 ton, jauh lebih rendah dari 2020 yakni 63.832 ton.