Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura II (persero) atau AP II optimistis meraup kinerja yang lebih baik lagi pada akhir tahun ini dengan strategi pengendalian belanja modal atau capital expenditure (capex).
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menggambarkan dampak pandemi Covid-19 telah mengganggu kinerja keuangan AP II. Kini, tantangan pemulihan penerbangan dilakukan lewat berbagai upaya dan diselaraskan dengan arahan dari sejumlah regulator. Menurutnya, upaya percepatan pemulihan pergerakan bisa dilakukan secara sinergi seluruh ekosistem transportasi udara.
“Kami rasa telah ada berbagai program upaya seperti turunnya harga tiket pesawat, pembukaan rute baru, dan juga menambah frekuensi penerbangan dengan regulator dan maskapai. Kami sudah melaksanakan ini. Dampaknya, ada peningkatan recovery rate kita di atas 65 sampai 68 persen,” ujarnya, Selasa (13/9/2022).
Awaluddin menuturkan saat ini sudah banyak rute yang sebelumnya tidur panjang sudah mulai diaktifkan kembali. Khususnya, kata dia, ke kota kecil yang memang sebelumnya bukan prioritas maskapai. Meski demikian, bukan berarti setelah Pandemi, kondisi pengelolaan bandara akan pulih seketika.
Dia menyebut sejumlah tantangan pengelolaan bandara saat ini adalah dalam konteks pengelolaan biaya operasi yang disinkronkan dengan aktivitas operasi dan regulasi yang masih cukup dinamis. Oleh karena itu, AP II melakukan upaya pendekatan operasi sesuai dinamika di lapangan untuk merealisasikannya dengan baik.
Tantangan operasi lainnya adalah melakukan upaya operasi di bandara dengan efisien dan efektif serta dengan biaya yang tetap optimal didukung dengan teknologi dan digitalisasi.
“Kecepatan dan ketepatan layanan serta efisiensi operasi bandara saat ini bisa dijangkau dengan beberapa penerapan teknologi kebandarudaraan,” imbuhnya.
Menghadapi sejumlah tantangan di kebandarudaraan, AP II juga harus memastikan keberlanjutan pola kerja sama aset barang milik negara lewat skema KSP. Perseroan telah mendapatkan mandat akibat terbatasnya APBN dalam sektor transportasi udara dengan mengelola 4 bandara lewat skema KSP tersebut. Sejak 2018 akhir, perseroan telah mengelola bandara di Palangkaraya. Berlanjut, pada akhir 2019, dengan mengelola tambahan sebanyak 3 bandara.
Awal memastikan progres keberlangsungan sejumlah bandara di luar ibukota tetap dilakukan dengan pelayanan yang optimal. Sebagai konsekuensinya, AP II tidak menambah pengembangan dan kapasitas baru karena keterbatasan likuiditas yang ada.
“Sehingga pola dalam pemanfaatan capex secara optimal dan ketat dilakukan. Kemarin 2 tahun pandemi ada proyek yang kami setop dan bisa dilakukan dengan baik,” ujarnya.