Bisnis.com, JAKARTA - Dunia diingatkan untuk menghadapi lima realitas utama yang membayangi situasi ketidakpastian global setelah sebelumnya menghadapi krisis pandemi Covid-19.
Pengingat itu datang dari ekonom Raden Pardede yang juga Komisaris Independen PT Bank Central Asia, Tbk. dalam acara BCA Wealth Summit 2022 yang diselenggarakan secara offline di Jakarta dan secara online melalui website BCA Wealth Summit 2022.
Raden menyebutkan, dunia global secara umum memiliki lima mimpi yang diharapkan akan terjadi. Namun setelah masa pandemi yang kini mulai melandai, kenyataan justru tidak demikian.
Ekspektasi pertama, ujarnya, dunia akan mencapai akhir dari sejarah di mana Amerika Serikat menjadi unipolar atau satu-satunya negara yang paling berkuasa dengan demokrasi liberal asal AS mendominasi dunia.
Namun kenyataannya, lanjutnya, justru ketertiban dunia sekarang justru berubah dari ekspektasi sebelumnya unipolar atau hanya didominasi oleh AS menjadi multipolar dengan perkembangan China dan Rusia yang menantang kekuasaan AS.
Ekspektasi kedua, globalisasi akan membawa kedamaian di dunia. Namun kenyataannya sekarang ini, hal-hal yang menjadi saling ketergantungan antar negara dijadikan senjata untuk saling menekan.
Baca Juga
“Contohnya Rusia yang menggunakan energi sebagai senjata untuk menekan negara lain atau AS yang menggunakan dollar atau swift-nya menjadi senjata,” katanya.
Ekspektasi ketiga, peranan pemerintah akan tergantikan dan tidak lagi mendominasi dengan kehadiran algoritma, termasuk block chain. Namun kenyataannya, politik dan kebijakan masih menjadi persoalan.
“Kebijakan industri sedang merebut kembali panggung utama,” katanya.
Ekspektasi global selanjutnya, lanjutnya, bahwa masyarakat dunia akan hidup di zaman kelimpahan. Satu-satunya batasan adalah menghasilkan cukup uang, termasuk dengan quantitative easing (QE). Namun kenyataannya, di berbagai belahan dunia saat ini justru dihadapkan dengan persoalan rawan pangan dan bahan bakar.
“Kerawanan pangan dan bahan bakar kembali terjadi. Gangguan pasokan menyebabkan krisis biaya hidup.”
Terakhir, dunia juga berekspektasi dapat melarikan diri dari kenyataan fisik, dan hidup di dunia metaverse. Namun kenyataannya, ekonomi masih bergantung pada alam. Perubahan iklim yang menjadi tantangan semua negara, mampu menekan hasil ekonomi.
“Ekspektasi-ekspektasi itu bagus. Bermimpi itu bagus. Tapi kenyataannya berbeda. Ini saatnya kita kembali ke realita,” ujarnya.