Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hutama Karya Kebut Penyelesaian Mega Proyek Pembangkit Listrik, Intip Progresnya

Dua mega proyek pembangkit listrik dari Hutama Karya telah dikebut guna mendukung Presidensi G20 Indonesia
GEDUNG BUMN HUTAMA KARYA. Bisnis/Arief Hermawan P
GEDUNG BUMN HUTAMA KARYA. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- PT Hutama Karya (Persero) tengah mengejar penyelesaian dua mega proyek Engineering, Procurement & Construction (EPC) di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung Presidensi G20 Indonesia.

Proyek pertama yang dikebut yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur berkapasitas 2 x 4 MW sebagai bagian dari pembangkit listrik dengan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Direktur Operasi II Ferry Febrianto mengatakan PLTM tersebut secara fisik telah rampung 100 persen dan dalam fase pemeliharaan. Proses penyelesaiannya menggunakan sejumlah inovasi sistem pembangkit listrik.

"Kita terapkan Automatic Operation System, di mana seluruh proses unit beroperasi secara otomatis dengan menggunakan Water Level Management, " kata Ferry, Jumat (9/9/2022).

Tak hanya itu, pihaknya juga menerapkan Capacitor Bank yang berfungsi untuk menstabilkan dan memperbaiki tegangan yang diperlukan untuk auxiliary peralatan yang dapat memperpanjang umur dari peralatan-peralatan yang digunakan.

Proyek PLTM dengan nilai kontrak Rp197,2 miliar ini berada di Pekalongan, Jawa Tengah. Pembangunannya menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 85,3 persen yang telah lolos uji coba.

Dipastikan akan segera masuk tahap Commercial Operation Date (COD) untuk mensuplai listrik ke sitem Jawa-Bali dengan jaringan 20 kV.

Proyek keduanya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok dengan nilai kontrak Rp4,8 triliun. Pembangkit listrik di Jawa Tengah ini bertujuan untuk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Kini progres fisiknya mencapai 96 persen. PLTGU ini dicanangkan akan menjadi pembangkit listrik pertama dengan teknologi turbin gas HA (High-efficiency Air-Cooled) di Asia Pasifik. Adapun listrik yang dihasilkan berkapasitas 600-850 MW.

"Terlebih lagi penggunaan turbin gas ini dikombinasikan dengan sistem Carbon Capture & Storage (CCS) yang dapat mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) sebanyak 95 persen dengan menginjeksikan gas ke bawah permukaan bumi dan di lautan dalam," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper