Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyampaikan, dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap inflasi lebih tinggi dibandingkan momen Lebaran yakni 2-3 persen.
Eko menuturkan, momen Lebaran biasanya mendorong Indeks Harga Konsumen (IHK) naik antara 0,9 sampai dengan 1 poin. Sementara, kenaikan BBM umumnya dapat mendorong IHK naik 2-3 poin lebih tinggi dari bulan sebelum kenaikan.
"Dapat dikatakan dampak kenaikan BBM bagi inflasi seperti 2 kali Lebaran yang disatukan," kata Eko kepada Bisnis, Senin (22/8/2022).
Jika pemerintah menaikkan harga BBM subsidi pada tahun ini, sudah dapat dipastikan inflasi berada di atas target BI yakni 3,0±1 persen. Pasalnya, kenaikan BBM akan mengerek kenaikan biaya distribusi dan harga-harga barang lain.
"Kalau soal proyeksi sebenarnya masih relatif, apakah akan naik baik Pertalite, Pertamax dan Solar atau hanya salah satu atau salah dua dari ketiganya. Selain itu besarnya kenaikan juga memengaruhi," kata Eko kepada Bisnis, Senin (22/8/2022).
Kendati demikian, lanjut dia, yang berandil besar adalah apabila harga BBM jenis solar naik lantaran BBM jenis ini dipakai untuk transportasi umum, kapal dan lainnya.
Baca Juga
Demikian halnya dengan Pertalite juga bakal memberikan dampak yang cukup besar. Sebab, mayoritas konsumen pemilik kendaraan menggunakan Pertalite.
"Secara umum hitungan kasar kalau BBM naik moderat (di bawah Rp3.000) inflasi tahunan bisa di atas 6 persen," ujarnya.