Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi Bahlil Lahadalia meminta masyarakat untuk bersiap jika pemerintah nantinya memilih untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tengah beban subsidi yang diproyeksikan membengkak hingga Rp600 triliun pada akhir 2022.
Bahlil mengakui pemerintah memiliki keterbatasan fiskal untuk tetap memberikan subsidi jumbo di tengah harga minyak mentah dunia yang masih bertengger di angka rata-rata US$105 per barel saat ini.
“Rasa-rasanya untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang, feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi,” kata Bahlil saat Konferensi Pers Perkembangan Pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (12/8/2022).
Apalagi, kata Bahlil, pemerintah mesti menambah kembali kuota BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar pada paruh kedua tahun ini untuk mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat yang melebihi proyeksi awal tahun.
Konsekuensinya, alokasi anggaran untuk subsidi pada paruh kedua tahun ini diproyeksikan melebihi postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) perubahan 2022.
“Kuota [Pertalite] kita dari 23 juta kiloliter menjadi 29 juta kiloliter maka terjadi penambahan subsidi, hitung-hitungan kami belum final bisa di Rp500 triliun sampai Rp600 triliun,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar bakal habis pada Oktober 2022 di tengah tingkat rata-rata konsumsi masyarakat yang berada di kisaran 10 persen setiap harinya.
Pemerintah belakangan tengah menargetkan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM rampung pada Agustus 2022 untuk menekan bocornya distribusi BBM murah itu di tengah masyarakat.
Anggota Komisi BPH Migas Saleh Abdurrahman membeberkan realisasi konsumsi BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar masing-masing sudah berada di atas 50 persen hingga 20 Juni 2022. Malahan konsumsi rata-rata BBM bersubsidi sudah melebihi kuota yang ditetapkan dengan rata-rata di atas 10 persen setiap harinya.
“Jika kita tidak melakukan pengendalian maka kita akan menghadapi subsidi kita akan habis antara Oktober atau November,” kata Saleh saat Webinar SUKSE2S, Rabu (29/6/2022).
Berdasarkan data milik BPH Migas hingga 20 Juni 2022, realisasi konsumsi Solar sudah mencapai 51,24 persen dari kuota yang ditetapkan sebesar 15,10 juta kiloliter pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Sementara itu, realisasi penyaluran Pertalite sudah mencapai 13,26 juta kiloliter atau sebesar 57,56 persen dari kuota yang dipatok dalam APBN 2022 di angka 23,05 juta kiloliter.
“Kalau tidak dilakukan pengendalian maka kita bisa prognosa diakhir 2022 ini realisasi [subsidi] kita itu di atas kuota, sehingga sekali lagi perlu pengendalian konsumsi kepada yang berhak,” kata dia.