Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buru Investasi Jumbo Industri Kimia, Ini Strategi Pemerintah

Kebijakan substitusi impor hingga 35 persen dan harga rendah penyediaan gas industri diharapkan akan melecut investasi sektor industri kimia dan farmasi.
Ilustrasi Industri Farmasi/Istimewa
Ilustrasi Industri Farmasi/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah mengandalkan sejumlah strategi yang sedang diterapkan untuk mendongkrak penyerapan investasi di industri kimia dan farmasi seiring dengan naiknya target investasi tahun depan.

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito menjelaskan terdapat 2 strategi utama yang telah diterapkan.

Pertama, kebijakan substitusi impor sebesar 35 persen dari total bahan baku yang juga diterapkan terhadap produk hilir farmasi. Kedua, harga gas US$6 dolar untuk keperluan industri.

"Kami harapkan implementasi strategi-strategi tersebut bisa mempercepat realisasi target investasi yang dipatok pemerintah," kata Warsito ketika ditemui di Serang, Selasa (9/8/2022).

Pemerintah, sambungnya, optimistis yang berlaku seperti substitusi atau pengendalian impor untuk bahan baku mampu menjadi faktor yang bisa mengakselerasi target investasi yang selalu naik tiap tahunnya.

Baru-baru ini, pemerintah mengumumkan bakal menaikkan target realisasi investasi pada 2023, yakni melebihi target tahun ini yang dipatok mencapai Rp1.200 triliun.

Di industri kimia dan farmasi sendiri, kata Warsito, pemerintah sedang mengejar investasi senilai US$38 miliar atau sekitar Rp200 triliun seiring dengan terus naiknya target investasi di Tanah Air.

"Di hulu, yakni untuk industri petrokimia ada US$38 miliar atau sekitar Rp200 triliun investasi yang sedang kami kejar untuk mengisi industri hulu sektor farmasi," ujarnya.

Namun, Warsito tidak menjelaskan lebih jauh negara tujuan yang menjadi target untuk menanamkan modal di Industri petrokimia Tanah Air tersebut.

Nilai investasi yang sedang dikejar pemerintah di sektor petrokimia sebagai hulu industri farmasi tersebut terbilang fantastis jika dibandingkan dengan realisasi 4 tahun terakhir.

Tahun lalu, BKPM mencatat total investasi ke industri kimia dan farmasi senilai US$1,65 miliar dari mekanisme foreign direct investment (FDI). Turun dari 2020 yang berhasil meraup US$1,74 miliar.

Sebelum pandemi, misalnya 2018, industri kimia dan farmasi tercatat meraup investasi senilai US$1,93 miliar dari foreign direct investment (FDI).

Terbaru, industri kimia dan farmasi merupakan sektor dengan realisasi FDI tertinggi keempat pada kuartal II/2022, yakni mencapai US$900 juta atau naik 7,9 persen secara tahunan (year-on-year).

Sepanjang semester I/2022, realisasi investasi industri kimia dan farmasi menempati peringkat kelima dengan nilai mencapai US$1,8 miliar. Atau, naik 8,1 persen secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper