Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus berupaya untuk mendorong peningkatan produksi di wilayah kerja (Rokan) setelah satu tahun alih kelola dari dari PT Chevron Pacific Indonesia.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Jaffee Arizon Suardin mengatakan perseroan telah menyiapkan sejumlah skenario berkaitan dengan penerapan teknologi I/EOR, Chemical EOR, pengembangan low quality reservoir (LQR) Telisa hingga eksplorasi konvensional dan nonkonvensional untuk menemukan cadangan minyak mentah anyar di salah satu blok sepuh dalam negeri tersebut.
“Dalam satu tahun ini kita berhasil membuat rencana jangka panjang semua potensi yang ada kita gabungkan itu fase yang berbeda-beda untuk melihat mana yang bisa jadi potensi peningkatan produksi,: kata Jafee, yang karib disapa Buyung, saat bertemu dengan pemimpin redaksi sejumlah media di Rumbai Country Club (RCC), Pekanbaru, Minggu (7/8/2022).
Ihwal penerapan teknologi I/EOR itu bakal dilakukan di North Duri Area-14, Rantaubais, Kulin, Duri Ring dan D240. Selain itu, PHR juga tengah mendorong penerapan Chemical EOR yang belakangan masih tahap penyelesaian POD untuk kawasan Minas tahap satu. Rencanannya penerapan Chemical EOR itu akan dilakukan tahun depan untuk mendorong produksi sumur eksisting di blok itu.
“Kemudian yang sudah kita mulai pengembangan LQR atau Telisa di sini butuh teknologi khusus tapi terus kita kembangkan karena kita lihat ada potensi yang besar,” tuturnya.
Berdasarkan catatan Pertamina, rata-rata produksi minyak di Blok Rokan sebelum alih kelola sebesar 158,7 Million Barrel Oil Per Day (MBOPD). Adapun rata-rata produksi setelah alih kelola setahun terakhir mencapai 159 MBOPD dan pernah berada di angka 161,9 MBOPD.
Baca Juga
Sementara volume cadangan awal transisi sebesar 320,1 Million Barrels of Oil Equivalent (MMBOE). Saat alih kelola cadangan minyak mentah di Blok Rokan naik menjadi 370,2 MMBOE.
Seperti diketahui setelah hampir 50 tahun dikelola PT CPI, Blok Rokan diserahkan kepada Pertamina pada 2021 lalu. Pemerintah belakangan tidak memperpanjang kontrak PT CPI dan memberikan hak pengelolaan ladang minyak itu kepada Pertamina.
Dari sisi komersial, Pertamina dalam proposalnya mencantumkan signature bonus sebesar US$784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun, komitmen kerja pasti sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dan potensi pendapatan negara selama 20 tahun kedepan sebesar US$57 milyar atau sekitar Rp825 triliun.
Setelah 100 persen pengelolaan dipegang oleh Pertamina, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM, maka 1 persen akan menjadi participating interest (PI) Pemerintah Daerah melalui Badan Usaha Daerah (BUMD) yang ditunjuk.
Blok Rokan adalah ladang minyak dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia, saat ini Blok Rokan menyumbang 26 persen dari total produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan di mana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Cadangan minyak yang dimiliki Blok Rokan mencapai 500 juta hingga 1,5 miliar barel oil equivalent tanpa Enhance Oil Recovery atau EOR.