Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Bank di China Terancam Rugi Rp5.502 Triliun Akibat Krisis Properti & Boikot KPR

Krisis properti China menyebabkan pembangunan properti macet dan memicu aksi boikot pembayaran KPR di lebih dari 90 kota.
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bank-bank China berpotensi mengalami kerugian hingga 2,4 triliun yuan atau setara Rp5.502 triliun (kurs Rp2.201 per yuan) akibat krisis properti dalam skenario terburuk karena kepercayaan jatuh di industri ini. 

Dilansir Bloomberg pada Senin (1/8/2022), krisis properti China menyebabkan pembangunan properti macet dan memicu aksi boikot pembayaran KPR di lebih dari 90 kota serta peringatan risiko sistemik yang lebih luas.

Pertanyaan besarnya sekarang bukanlah apakah krisis akan terjadi, tetapi seberapa besar krisis properti itu akan menghancurkan sistem perbankan China yang bernilai US$56 triliun tersebut.

Dalam skenario terburuk, S&P Global Ratings memperkirakan bahwa 2,4 triliun yuan (US$350 miliar), atau 6,4 persen nilai kredit perumahan berisiko. Sementara itu, Deutsche Bank AG memperingatkan bahwa sedikitnya 7 persen dari pinjaman KPR berada dalam bahaya. Sejauh ini, bank-bank yang terdaftar telah melaporkan tunggakan pembayaran KPR hanya mencapai 2,1 miliar yuan yang terkena dampak langsung oleh boikot.

Profesor keuangan Universityu of Hong Kong Business School Zhiwu Chen mengatakan sektor perbankan kini bagai memakan buah simalakama. Jika bank tidak membangu pengembang, mereka akan mengalami kerugian yang lebih besar.

“Jika mereka melakukannya [membantu pengembang], itu tentu saja akan membuat pemerintah senang, tetapi mereka menambahkan lebih banyak eksposur mereka ke proyek-proyek real estat yang tertunda,” ungkap Chen seperti dikutip Bloomberg, Senin (1/8/2022).

Setelah diguncang oleh hambatan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat, pandemi Covid-19 dan rekor pengangguran kaum muda yang tinggi, Beijing menempatkan stabilitas keuangan dan sosial sebagai prioritas utama.

Upaya yang telah dipertimbangkan sejauh ini termasuk masa tenggang pembayaran KPR dan lembaga pendanaan dana yang didukung bank sentral untuk memberikan dukungan keuangan kepada pengembang. Di sisi lain, bank diharapkan untuk memainkan peran aktif dalam bailout negara bersama.

Eksposur bank-bank China ke sektor properti berada di atas industri lainnya. People’s Bank of China mencatat total outstanding KPR mencapai 39 triliun yuan, sedangkan pinjaman untuk pengembang properti mencapai 13 triliun yuan per akhir Maret.

Pasar real estat adalah "fondasi utama" untuk stabilitas keuangan di China, direktur pelaksana Teneo Holdings Gabriel Wildau mengatakan dalam sebuah catatan bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper