Bisnis.com, JAKARTA - Meski masih baru dan menghadapi persaingan yang sengit, adanya dukungan dari brand solid Grup BCA menjadikan perseroan sukses memantapkan posisi di tahun pertama ini. BCA Digital dengan aplikasi mobile banking mereka yakni blu, bukanlah merek bank digital paling populer di Tanah Air. Meski begitu, brand ini sukses bercokol di posisi 5 besar.
Selain upaya BCA memasuki persaingan di bisnis bank digital sejumlah berita lainnya kami hasirkan secara analitis dan lebih mendalam.
Berikut 5 pilihan berita dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Minggu (24/7/2022) yang kami pilihkan untuk Anda, para pembaca budiman.
1. Ambisi BCA Digital Menjajal Persaingan Sengit Bank Digital
Survei bertajuk Consumer Preference Towards Banking and e-Wallet Apps menempatkan blu di urutan kelima bank digital paling populer dengan digunakan oleh 25 persen responden. Bank digital ini masih kalah populer dibanding Bank Jago di urutan puncak, disusul Neobank, Jenius, dan SeaBank.
Meski begitu, blu masih lebih populer ketimbang Line Bank, TMRW, Digibank, PermataME, dan Allo Bank. Pertumbuhan blu memang tergolong pesat. Dalam usianya yang pertama, blu telah melayani 806.000 pengguna.
Baca Juga
2. Catatan Satu Abad Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Tahun ini genap satu abad kiprah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) modern di Tanah Air mewarnai perjalanan panjang sektor industri nasional.
Merunut sejarah, industri tekstil modern Indonesia diawali dengan berdirinya Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada 1922.
TIB merupakan Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil yang membidani pendidikan vokasi tekstil tertua di Indonesia, dengan nama kini Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung.
Pengendara mengisi bahan bakar di salah satu SPBU di Jakarta. Pemerintah tengah mengkaji penerapan bea cukai untuk komoditas bahan bakar minyak (BBM)./JIBI-Dwi Prasetya
Di tengah tren kenaikan harga minyak mentah dunia, subsidi energi terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) akan selalu menjadi isu panas yang membuat pemerintah berada dalam dilema.
Di satu sisi, kebijakan subsidi selama ini bisa dibilang cukup berhasil menjaga daya beli masyarakat. Di sisi lain, pemberian subsidi yang terus-menerus apalagi dengan tren peningkatan, tentunya berdampak tidak sehat bagi keuangan negara.
Pemerintah perlu segera mengambil keputusan, apakah akan menambah kuota atau melakukan pembatasan pembelian BBM bersubsidi.
PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang diberi penugasan oleh pemerintah untuk menyalurkan BBM bersubsidi, secara inisiatif telah melakukan pendataan kendaraan yang mengonsumsi Pertalite dan Solar.
4. Kolaborasi Demi Integrasikan Data Pajak Kendaraan Bermotor
Pemerintah tengah merancang pengelolaan secara terpusat atau single data bagi pajak kendaraan bermotor (PKB) demi meningkatkan kepatuhan pembayaran oleh masyarakat. Inisiatif ini dibentuk dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan di Kantor Bersama Samsat.
Berdasarkan data dari Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2020 mencapai 110.445.615 unit. Dari jumlah kendaraan tersebut yang membayar PKB baru mencapai 63.957.243 unit atau setara 58 persen.
Adapun, Data PT Jasa Raharja (Persero) menyebutkan terdapat 40 juta unit kendaraan atau 39 persen dari total kendaraan belum membayar PKB.
5. Kinerja Industri Gula Konsumsi Masih Loyo
Musim giling tebu tahun ini sebagian besar sudah rampung meski masih akan berlangsung hingga pertengahan Agustus 2022 di beberapa wilayah termasuk produksi sejumlah pabrik gula di lingkungan holding BUMN Perkebunan PTP Nusantara.
Namun, tampaknya produksi gula konsumsi secara keseluruhan masih belum akan mampu memenuhi kebutuhan gula konsumsi nasional yang mencapai sekitar 3,2 juta ton, sementara kebutuhan gula industri 4,1 juta ton.
Sejauh ini produksi gula nasional masih terhitung rendah yakni hanya 2,35 juta ton. Masih terjadi selisih pemenuhan kebutuhan gula konsumsi sebesar 850 ribu ton.