Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Sektor Mamin Diprediksi Melesat Semester II/2022, Ini Alasannya

Investasi di industri makanan dan minuman (mamin) diprediksi terus bergeliat di tengah positifnya kinerja sektor ini.
Seorang pekerja melakukan proses produksi minuman kemasan Nu Green Tea Royal Jasmine di pabrik PT ABC President Indonesia, Karawang, Jawa Barat, Rabu (16/4/2014). /Antara Foto-Wahyu Putro A.rn
Seorang pekerja melakukan proses produksi minuman kemasan Nu Green Tea Royal Jasmine di pabrik PT ABC President Indonesia, Karawang, Jawa Barat, Rabu (16/4/2014). /Antara Foto-Wahyu Putro A.rn

Bisnis.com, JAKARTA – Investasi di industri makanan dan minuman (mamin) diprediksi mampu lebih menggeliat pada paruh kedua tahun ini setelah tercatat mengalami pertumbuhan pada semester I/2022.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai tidak terlihat ada ganjalan berarti bagi industri mamin sepanjang semester kedua tahun ini sehingga minat investor untuk menaruh modal terus akan bergerak naik.

Mengutip data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), industri tersebut meraup investasi senilai Rp42 triliun atau naik 7,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada semester I/2022.

"Potensinya, minat investasi ke industri tersebut bisa lebih tinggi dari Rp42 triliun. Namun, masih berada di level moderat, yakni di kisaran Rp40 triliunan," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/7/2022).

Menurutnya, inflasi global tidak akan menjadi faktor yang cukup signifikan bagi investor untuk mengurangi minat dalam menanamkan modal di industri mamin.

Sebab, jelasnya, permintaan domestik yang terus membaik seiring dengan kian longgarnya mobilitas masyarakat pascapandemi Covid-19 dinilai menjadi jaminan atas tetap tingginya minat investor.

Hal berikut yang dinilai mampu menjadi faktor positif pertumbuhan investasi industri mamin pada semester II/2022 adalah kondisi pasar domestik yang lebih resilience dibandingkan dengan negara besar lain.

Sebagai contoh, kata Faisal, permintaan domestik di Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa sedang lesu akibat inflasi. Selain itu kompetitor lain seperti China masih berhadapan dengan kebijakan zero Covid.

"Jadi, investasi asing akan banyak melirik indonesia karena domestiknya kuat," ujarnya.

Bahkan, Faisal menilai kenaikan harga produk yang berpotensi dialami konsumen seiring dengan inflasi yang menyebabkan naiknya harga bahan baku dan energi diperkirakan tidak akan menggoyangkan minat investasi.

Walaupun, kondisi tersebut mampu menahan lajunya pertumbuhan penjualan di industri mamin pada semester II/2022. Sebab, investor cenderung tidak terpengaruh oleh kondisi sesaat sepertihalnya kenaikan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper