Bisnis.com, JAKARTA — Blibli, startup e-commerce milik Grup Djarum mengatakan resesi Amerika Serikat (AS) tidak akan menganggu penjualan gadget di e-commerce, khususnya di Blibli.
Executive VP Consumer Electronics Blibli Wisnu Iskandar menjelaskan beberapa brand gadget mengatakan pasokan dari kuartal I/2022 sampai dengan kuartal III/2022 masih aman.
Akan tetapi pada tahun lalu laptop sempat mengalami kesulitan stok, sedangkan pasokan ponsel pintar tercatat lancar.
Dia pun menjelaskan jika masalah stok untuk laptop ini dikarenakan lockdown yang terjadi China yang menyebabkan pabrik berhenti memproduksi chipset untuk laptop.
"Supply smartphone kita selalu aman aja. So far so good. Nah ini brand-brand yang bagus, mereka antipasi kan, takut ada chipset shortage karena resesi," ujar Wisnu kepada Bisnis, Senin (18/7/2022).
Terpisah, satu produsen ponsel pintar, Oppo, menilai hingga saat ini belum terlihat dampak dari resesi AS terhadap industri telekomunikasi. Bahkan, perusahaan optimistis situasi ekonomi tersebut tak akan memengaruhi produksi.
Baca Juga
PR Manager Oppo Indonesia Aryo Meidianto mengatakan investasi asing pun sesungguhnya lebih banyak masuk ke China dibandingkan dengan AS, sehingga sampai saat ini belum terasa seberapa besar dampaknya. "Kalau di produksi sampai hari ini belum berdampak sama sekali, begitupun dengan operasional," kata Aryo Jumat (15/7/2022).
Sebelumnya, potensi resesi AS diperkirakan berdampak luas pada banyak sektor. Salah satu yang sudah mulai terlihat adalah adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa sejumlah perusahaan rintisan atau startup.
Namun bukan saja startup, ketidakpastian ekonomi tersebut juga menjalar ke perusahaan teknologi. Induk Google Alphabet berencana memperlambat laju perekrutan karyawan hingga tahun depan.
Sementara itu Microsoft juga mengumumkan kebijakan PHK terhadap sekitar 1.800 karyawannya. Perusahaan mengumumkan penyesuaian peran dan grup bisnis setelah akhir tahun fiskal (per 30 Juni 2022).
Kebijakan PHK ini dilaporkan memengaruhi 1 persen dari total pegawai Microsoft, yang saat ini mencapai 180.000 orang. Namun, manajemen tidak menjelaskan secara spesifik kebijakan ini diterapkan pada regional atau divisi apa.