Bisnis.com, JAKARTA - Tawaran Presiden Rusia Vladimir Putin terkait dengan pembangunan transportasi kereta di Nusantara oleh Russian Railways, dinilai perlu lebih dicermati. Sebelumnya, perusahaan milik Rusia itu pernah membangun transportasi kereta di Kalimantan Timur, tetapi terhenti saat tahapan uji kelayakan lahan.
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai bahwa pemerintah perlu belajar dari pengalaman yakni pembangunan kereta api di Kalimantan Timur, oleh anak perusahaan Russian Railways yakni PT Kereta Api Borneo (KAB).
"Jangan terulang seperti kemarin sudah dibangun tapi ditinggalkan," kata Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Djoko Setijowarno, Kamis (14/7/2022).
Jika tawaran itu terealisasi, Djoko menyebut Russian Railways bisa jadi ikut mengembangkan sejumlah proyek kereta api di Nusantara. Misalnya, kereta perkotaan, atau antarkota maupun kereta bandara.
Sebelumnya, proyek kereta di Kalimantan diresmikan pada saat periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi. Namun, proyek terhenti karena lokasi ibu kota negara baru yang beririsan dengan lokasi pembangunan rel kereta sebagai salah satu alasan dari investor Rusia.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, badan usaha milik Negeri Beruang Merah itu menginvestasikan sekitar US$18 juta dalam pembangunan proyek kereta di Kalimantan.
Baca Juga
Setelah beberapa tahun, nama Russian Railways kembali muncul setelah Presiden Putin menawarkan partisipasi perusahaan itu di ibu kota negara baru Indonesia, yang dinamakan Nusantara berdasarkan Undang-Undang No.3/2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN). Tawaran itu diungkap oleh Putin saat kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina, dalam harapan mendamaikan kedua negara yang tengah berperang sejak Februari 2022 itu.
"Ibu Kota Rusia, Moskow, yang telah berkembang dengan laju yang baik dan peningkatan yang berkualitas,bisa ikut berpartisipasi dalam proyek ambisius ini [pemindahan IKN]," terang Putin saat memberikan keterangan pers bersama Jokowi di Kremlin, Rusia, akhir Juni 2022 lalu.