Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia gagal memanfaatkan potensi cuan dari permintaan pasokan gas alam cair atau (liquefied natural gas/LNG) Uni Eropa seiring dengan dihentikannya pasokan dari Rusia.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan Indonesia tidak memiliki pasokan yang lebih untuk memenuhi permintaan gas dari Uni Eropa.
Pasalnya, untuk lifting LNG sepanjang tahun ini seluruhnya telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang telah berkontrak.
“Memang ada permintaan dari negara-negara Eropa karena terbatasnya gas Rusia. Sayangnya supply gas kita untuk bisa deliver LNG ke sana memang tidak bisa diupayakan,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (15/7/2022).
Arief menuturkan sepanjang tahun ini total lifting LNG ditargetkan mencapai 197,6 kargo yang terdiri atas lifting dari kilang Bontang 81 kargo dan Kilang Tangguh 116,6 kargo.
Adapun, dari total lifting tersebut 57 kargo di antaranya 57 untuk memenuhi kontrak domestik dan 140,6 kargo untuk memenuhi kontrak ekspor.
Baca Juga
Sepanjang semester I/2022, realisasi lifting LNG tercatat telah mencapai 38 kargo dari Kilang Bontang dan 50,2 kargo dari Kilang Tangguh.
“Kalau di bagi tujuannya Kilang Bontang untuk domestik 16,1 kargo dan Kilang Tangguh 38,9 kargo, ekspor Kilang Bontang 60,5 kargo dan Kilang Tangguh 77,7 kargo untuk 2022,” ungkapnya.