Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Pasokan Gas Murah Terhambat, Kinerja Industri Keramik Masih Ciamik

Kinerja industri keramik Tanah Air sepanjang semester I/2022 terbukti masih impresif di tengah terganggunya pasokan gas harga khusus.
Stasiun pengisian gas milik PT Aneka Gas Industri Tbk./anekagas.com
Stasiun pengisian gas milik PT Aneka Gas Industri Tbk./anekagas.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kendati masih terganjal masalah pasokan gas harga khusus, kinerja industri keramik Tanah Air sepanjang semester I/2022 terbilang masih cukup impresif.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan kinerja keseluruhan industri keramik pada semester I/2022 masih berada di lajur positif, baik dari sisi produksi maupun utilisasi.

"Secara volume produksi, pada semester I/2022 bertumbuh sekitar 12 persen. Atau kurang lebih dari 200 juta m2 menjadi 225 juta m2," kata Edy kepada Bisnis, Jumat (8/7/2022).

Sementara itu, lanjutnya, asosiasi mencatat tingkat utilisasi nasional industri keramik pada periode yang sama sebesar 82 persen. Pada kuartal I/2022, utilisasi industri sebesar 85 persen, dan sedikit turun pada kuartal II/2022 menjadi 79 persen.

Sepanjang tahun lalu, tingkat utilisasi kapasitas produksi industri keramik secara nasional tercatat sebesar 75 persen.

Untuk meningkatkan hal tersebut, sambungnya, industri memerlukan pasokan gas harga khusus yang lebih banyak. Sebab, kata Edy, sejak tahun lalu pasokan gas harga khusus ke industri keramik tidak maksimal.

Adapun, gangguan pasokan dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) di Jawa Timur yang menjadi kendala utama tidak maksimalnya serapan gas murah senilai US$6 per MMBTU di industri keramik.

Dia mengatakan penyerapan gas seharga US$6 per MMBTU di industri tertahan mau tidak mau tertahan di level 68 - 70 persen sepanjang semester I/2022.

"Penyerapan gas US$6 per MMBTU oleh industri keramik semester I/2022 hanya berkisar 68-70 persen. Tentunya bisa meningkat jika kelancaran suplai gas di Jawa Timur dari PGN bisa segera teratasi," kata Edy.

Selama gangguan pasokan gas di Jawa Timur berlangsung sejak tahun lalu, kata Edy, industri keramik membayar gas harga US$6 per MMBTU untuk sekitar 60 persen dari total kebutuhan.

Sementara sisanya, perusahaan-perusahaan di industri keramik harus merogoh kocek dengan membayar di kisaran harga mulai dari US$7,98/MMBTU sampai dengan US$15/MMBTU.

Sekadar informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat serapan gas industri dengan harga tertentu sebesar US$6 per MMBTU sepanjang 2021 mencapai 81,08 persen dari total alokasi 1.241 BBTUD.

Dari jumlah tersebut, serapan di industri keramik tercatat sebesar 67,32 persen atau sebesar 87,91 BBTUD dari total alokasi 130,59 BBTUD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper