Bisnis.com, MEDAN - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pemerintah masih menahan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite agar tetap Rp7.650 di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menghadiri acara Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Ke-29 Tahun 2022 di Lapangan Merdeka, Medan Sumatra Utara.
Pada pidatonya, Jokowi menyinggung persoalan ekonomi global akhir-akhir ini. Jokowi bercerita sekilas tentang kunjungan luar negeri yang dilakukannya beberapa hari lalu ke Ukraina dan Rusia.
Kondisi geopolitik kedua negara tersebut menambah beban berat perekonomian dunia, termasuk Indonesia akibat pandemi Covid-19.
Menurut Jokowi, perang menyebabkan sejumlah harga komoditas melonjak. Mulai dari harga bahan bakar dan energi hingga harga bahan pangan.
"Sekarang tambah sulit karena ditambah masalah besar, yaitu perang di Ukraina. Hati-hati mengenai perang Ukraina, karena ini menyangkut pangan dan energi," kata Jokowi, Kamis (7/7/2022).
Baca Juga
Jokowi mengatakan, perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan harga minyak dunia melonjak hingga US$120 per barel. Begitu pula dengan harga gas yang melambung.
Dia mengingatkan kondisi di atas dapat berdampak buruk terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Sebab selama ini, kata Jokowi, pasokan minyak Indonesia masih bergantung pada impor. Jumlahnya mencapai 1,5 juta barel atau setengah dari total kebutuhan minyak dalam negeri.
Menurut Jokowi, harga BBM di sejumlah negara lain telah mengalami kenaikan akibat harga minyak dunia yang melambung. Termasuk negara tetangga Indonesia, Thailand.
Namun, kata Jokowi, sampai sejauh ini Indonesia masih mampu menahan kenaikan harga BBM jenis Pertalite. "Karena apa? Disubsidi oleh APBN," katanya.
Pernyataan Jokowi ini awalnya mendapat tepuk tangan dari para tamu undangan yang hadir pada acara tersebut. Namun, Jokowi mengingatkan semua pihak agar tidak langsung senang, karena ancaman lonjakan harga BBM masih mengintai.
"Jangan tepuk tangan dulu, ini kita masih kuat dan kita berdoa APBN masih kuat memberi subsidi. Kalau sudah tidak kuat, mau bagaimana lagi? Ya kan? Kalau BBM naik ada yang setuju? Pasti semua akan ngomong tidak setuju," ujarnya.
Menurut Jokowi, ketergantungan terhadap minyak impor membuat Indonesia tak bisa lepas dari kondisi ekonomi global.
"Tapi ingat bahwa kita itu masih impor, separuh dari kebutuhan kita 1,5 juta barel minyak dari luar. Masih impor. Artinya apa? Kalau harga di luar naik, kita juga harus membayar lebih banyak. Supaya kita mengerti semua persoalan ini," katanya.
Selain minyak, harga gas dunia belakangan ini juga naik. Sama seperti minyak, Indonesia juga masih impor komoditas tersebut.
"Gas juga sama. Internasional sudah naik lima kali, naiknya lima kali. Padahal gas kita impor juga gede banget," ucap Jokowi.
Begitu juga dengan harga pangan dunia. Walau begitu, Jokowi memastikan kebutuhan pangan dalam negeri masih tetap bisa terpenuhi. Bahkan, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia sudah tiga tahun tidak lagi impor beras.
"Untungnya, kita ini, Alhamdulillah, rakyat kita utamanya petani masih berproduksi beras dan sampai saat ini harganya belum naik. Semoga tidak naik karena stoknya selalu ada," ungkapnya.