Pada tahun lalu, ekspor Indonesia ke Rusia mencapai senilai US$1,49 miliar dan impor sebesar US$1,2 miliar (dua-duanya didominasi oleh nonmigas). Neraca perdagangan dengan Rusia tercatat surplus sebesar US$239,7 juta atau sekitar US$3 triliun.
Kemendag sempat mencatat bahwa pada 2019-2020, komoditas ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi minyak kelapa sawit atau CPO dan produk turunannya, kopi, karet alam, dan mentega. Sementara itu, komoditas yang paling banyak diimpor dari Negeri Beruang Merah itu yakni besi, baja setengah jadi, batu bara, pupuk non-orgnaik atau kimia, serta perlengkapan peluncuran pesawat.
Kendati demikian, seperti halnya dengan Ukraina, tren neraca dagang Rusia dan Indonesia menurun setelah adanya perang. BPS mencatat neraca dagang Indonesia-Rusia selama Januari-April 2022 defisit US$217,2 juta.
Sebelumnya pada periode Januari-April 2021, neraca dagang Indonesia-Rusia mencatat surplus sebesar US$48,3 juta.
PELUANG UNTUK INDONESIA
Kementerian Perdagangan sempat mengungkap bahwa tengah menjajaki peluang perluasan ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa setelah terbitnya larangan impor sebagian besar komoditas asal Rusia. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga kinerja neraca perdagangan tetap surplus di tengah beban inflasi dan ongkos perdagangan internasional yang relatif tinggi.
Baca Juga
"Pangsa pasar Rusia di negara-negara tersebut merupakan peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk diversifikasi pasar ekspor. Kemendag saat ini tengah menjajaki peluang pasar yang sebelumnya diisi produk Rusia," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan, April 2022 lalu.
Dampak krisis Rusia-Ukraina, kata Kasan, turut mengungkit capaian nilai ekspor produk unggulan Indonesia seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, nikel hingga besi dan baja.
Selain faktor harga, secara agregat ekspor sektor nonmigas diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan pemulihan permintaan global.
"Ekspor sektor nonmigas diperkirakan menguat baik secara bulanan dan juga tahunan. Penguatan ini diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga triwulan berikutnya," jelasnya.
Pada Mei 2022, ekspor Indonesia mencapai US$21,51 miliar atau anjlok sebesar 21,29 persen dibandingkan dengan April 2022 yakni US$27,32 miliar.
Jika dibandingkan dengan Mei 2021, nilai ekspor naik sebesar 27,00 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebesar US$16,6, miliar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan konflik antara Rusia dan Ukraina memperpanjang tren kenaikan harga komoditas di tengah krisis energi global yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, ekspor dan surplus barang diprediksi barang bertahan cukup lama.
"Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia," katanya.