Bisnis.com, JAKARTA - Usai sudah lawatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia pada pekan ini, dengan membawa misi perdamaian serta penanganan rantai pasok sejumlah komoditas yang terdampak akibat perang. Hubungan perdagangan antara Indonesia dengan dua negara yang tengah berkonflik itu pun cukup terdampak akibat perang yang berkecamuk sejak akhir Februari 2022.
BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat neraca perdagangan Indonesia-Ukraina selama Januari-April 2022 mengalami defisit sehingga mencapai US$23,3 juta secara kumulatif. Defisit tersebut membalikkan surplus yang terjadi selama periode yang sama di 2021 sebesar US$69 juta.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh dataindonesia.id, Indonesia cukup banyak melakukan impor dari Ukraina. BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa nilai impor dari Ukraina sebesar US$1,04 miliar atau setara dengan hampir Rp15 triliun sepanjang 2021.
Dari jumlah itu, 88,33 persen impor ke dalam negeri dari Ukraina berupa biji gandum dan meslin. Nilainya tercatat sebesar US$919,43 juta sepanjang 2021.
Selain komoditas tersebut, Indonesia banyak mengimpor dari Ukraina berupa ingot besi dan baja senilai US$25,19 juta; impor besi kasar, besi cor, dan besi beton senilai US$22,41 juta; serta impor gandum-ganduman lainnya sebesar US$17,28 juta. Sementara, impor jagung dari Ukraina tercatat sebesar US$9,81 juta.
Seperti diketahui, Ukraina memiliki peran besar dalam rantai pasok pangan dunia. Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina telah menimbulkan kemacetan rantai pasok global dan inflasi di sektor pangan dan energi.
Baca Juga
Untuk itu, salah satu niat kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah untuk mendukung inisiatif PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) dalam memastikan keberlanjutan ekspor dari Ukraina yang tertahan akibat perang.
"Penting bagi semua pihak untuk memberikan jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina, termasuk melalui pelabuhan laut. Saya mendukung upaya PBB dalam hal ini," pesan Jokowi saat melakukan pertemuan dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Istana Maryinsky, Kiev, Rabu (29/6/2022), waktu setempat.
Jokowi, yang tahun ini memimpin forum internasional Group of Twenty atau G20, juga bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Kamis (30/6/2022). Dikutip dari laman media Rusia TASS, pembantu presiden Rusia Yury Ushakov mengugkap bahwa pembahasan kedua pemimpin negara itu akan berfokus pada situasi di Ukraina dan masalah ekspor biji-bijian sekaligus pupuk.
Sebelumnya, Jokowi dan Putin bertemu pada forum APEC di China saat 2014, KTT Rusia-ASEAN di Sochi pada 2016, dan di sela-sela East Asia Summit di Singapura pada 2018. Bersamaan dengan itu, mereka melakukan percakapan telepon pada 28 April 2022.
Yury mengatakan Rusia dan Indonesia bekerja sama di bidang-bidang seperti dukungan untuk pemulihan yang adil setelah pandemi Covid-19, memastikan stabilitas keuangan, agenda perubahan iklim, transformasi digital, dan lainnya.
Hubungan tersebut pun tercermin dalam hubungan perdagangan antara kedua negara. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan antara Rusia dan Indonesia mencapai senilai US$2,74 miliar pada 2021.