5. Sudan
Empat bulan setelah kudeta militer, menjerumuskan negara Afrika ke dalam kekacauan lebih lanjut.
Sudah yang kekurangan uang, pada Maret lalu mengumumkan akan mengembangkan mata uang negara tersebut lantaran kondisi ekonomi yang kian memburuk.
Baca Juga
Bank Sentral Sudan mengatakan, bank dan perusahaan layanan penukaran uang akan menentukan nilai pound Sudan berdasarkan penawaran dan permintaan.
Gubernur Bank Sentral Yahai Hussein Ganquol menegaskan, tidak akan ada campur tangan dari bank sentral.
Langkah tersebut kemungkinan akan memicu melonjaknya harga komoditas dan jasa sebagai respon terhadap penurunan nilai pound.
Sudah mendevaluasi mata uangnya pada Februari 2021 dan nilai tukarnya stabil meskipun dalam beberapa pekan terakhir ini melonjak lagi di pasar gelap.
Karakteristik Negara-negara yang terancam ambruk
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro sebelumnya menyampaikan, ada beberapa karakteristik dari negara-negara yang terancam ambruk tersebut.
Pertama, negara-negara yang berpenghasilan rendah. Kedua, negara-negara tersebut tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas. Dan ketiga, adalah beban utang yang cukup tinggi dari negara-negara tersebut.
Indonesia sendiri bisa dibilang cukup beruntung di tengah ketidakpastian saat ini, Menurut Andry, Indonesia mendapatkan keuntungan dari windfall kenaikan harga komoditas.
"Posisi ini mungkin akan sulit, jika Indonesia bukanlah negara penghasil crude palm oil (CPO), nikel ataupun batu bara," kata Andry beberapa waktu lalu.