Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Peringatan Menteri Sri Mulyani Mengenai Resesi di AS

Pilihan kebijakan Bank Sentral AS The Fed dalam merespon inflasi yang tinggi dengan menaikkan suku bunga, memberikan kemungkinan terjadinya resesi di negeri Paman Sam.
Seorang warga tengah berbelanja kebutuhan makanan di salah satu pusat perbelanjaan Amerika Serikat (AS). Inflasi AS menyentuh rekor 40 tahun terakhir./Bloomberg
Seorang warga tengah berbelanja kebutuhan makanan di salah satu pusat perbelanjaan Amerika Serikat (AS). Inflasi AS menyentuh rekor 40 tahun terakhir./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, kemungkinan terjadinya resesi di AS kian nyata. Penyebab resesi di negeri Paman Sam itu lantaran pilihan kebijakan bank sentral AS The Fed yang merespon inflasi dengan menaikkan suku bunga.

Menurut Sri yang juga salah satu menteri keuangan terbaik dunia berdasarkan sejumlah penghargaan internasional itu membuka kemungkinan terjadinya resesi di AS. Bahkan, terjadinya resesi di AS diperkirakan tak hanya terjadi pada tahun ini, namun akan berlangsung hingga tahun depan.

"Berbagai pandangan menunjukkan bahwa pilihan kebijakan AS dalam merespon inflasi yang tinggi dengan kenaikan suku bunga, sangat memberikan kemungkinan terjadinya resesi di AS pada tahun ini, bahkan kemungkinan berlangsung hingga tahun depan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita Juni 2022, dikutip Jumat (24/6/2022).

Ancaman resesi AS, kata Sri Mulyani, telah menyebabkan consumer confidence mengalami penurunan yang cukup tajam di level 50,2. Angka tersebut lebih rendah dibanding awal pandemi Covid-19 yang mencapai 71,8 pada April 2020.

Sebagaimana diketahui, tekanan inflasi yang sangat tinggi di AS bahkan berlanjut hingga Mei 2022 dimana inflasi mencapai 8,6 persen.

Inflasi yang tinggi tersebut telah direspon dengan pengetatan suku bunga The Fed yang juga dikombinasikan dengan pengetatan likuiditas dalam bentuk balance sheet federal reserve. Bendahara negara itu menyebutkan, kombinasi tersebut sangat memengaruhi kesehatan ekonomi dunia.

"Tentu ini akan memengaruhi banyak negara," ujarnya.

Berdasarkan studi yang dilakukan IMF (International Monetary Fund) maupun FSB (The Financial Stability Board), kondisi keuangan di lebih dari 60 negara sangat tertekan, baik APBN maupun kondisi ekonomi, terutama dari sisi eksternal.

Sehingga dengan adanya pengetatan tersebut, diperkirakan akan memicu adanya kesulitan ekonomi yang cukup serius di berbagai negara. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper