Bisnis.com, JAKARTA – Shipper Indonesia menyiapkan strategi mulai dari digitalisasi hingga ekspansi regional untuk menggenjot pertumbuhan kinerja yang signifikan pada akhir tahun ini.
CMO Shipper Jessica Hendrawidjaja memaparkan perusahaan mencatat pertumbuhan kinerja yang signifikan berkat e-commerce hingga akhir tahun 2021. Jessica menjelaskan sektor logistik sebagai sektor pendukung akan tumbuh selaras dengan e-commerce. Pada awal tahun 2022, dia juga melihat perkembangan pandemi Covid-19 yang membaik juga tetap mendorong sektor logistik bergerak.
Artinya pertumbuhan signifikan sektor logistik selama pandemi Covid-19 tetap akan berlanjut kendati kondisi pandemi jauh lebih terkontrol pada 2022. Alhasil, hingga akhir tahun ini, Shipper membidik pertumbuhan kinerja hingga dua kali lipat dibandingkan dengan capaian pada tahun lalu.
“Yang akan kami lakukan adalah fokus kepada pembenahan dan proses improvement. Dari sisi teknologi tentunya akan ditingkatkan karena kapasitas juga semakin banyak. Kemudian melanjutkan ekspansi regional, dengan mulai membuka gudang di Kalimantan dan Sulawesi,” ujarnya, Rabu (1/6/2022).
Selama ini, ekspansi regional Shipper lebih banyak dilakukan di Jawa dan Sumatera. Namun, kedepannya, Shipper juga akan membuka di Indonesia Timur dengan mulai timbulnya tingkat permintaan di wilayah timur Indonesia.
Tak hanya itu, Shipper juga sudah mulai masuk menyasar sektor logistik halal dengan menyediakan gudang bersertifikasi halal bagi pengguna jasanya. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan kue besar yang dimiliki oleh penduduk di Indonesia yang mayoritas beragama muslim.
Baca Juga
Kendati sektor logistik berkembang pesat dan memiliki prospek cerah, bukan berarti sektor ini tanpa tantangan. Menurut Jessica sejumlah tantangan logistik saat ini adalah yang berkaitan dengan integrasi di setiap wilayah atau daerah yang saat ini belumlah seragam.
“Saat ini masih muncul tantangan bagaimana mengintegrasikan logistik dan mengedukasi pelaku logistik untuk menggunakan platform yang ada. Adopsi teknologi dan pengembangan SDM. Kami mau menstandarisasi itu,” terangnya.
Tak hanya itu, logistik yang berkonotasi dengan ‘kerja keras’ masih membuat sektor ini banyak didominasi oleh laki-laki. Padahal sektor ini tak melulu hanya persoalan trucking dan pergudangan tetapi juga melibatkan big data. Dia menilai sudah banyak perempuan di Indonesia makin cerdas di sektor Teknologi Informasi.
“Sebenernya benchmark edukasi logistik bukan otot tapi otak. Keseimbangan otak dan otot itu bisa dimasuki oleh siapapun. Termasuk perempuan,” imbuhnya.
Shipper mencatat saat ini dari jumlah total karyawan yang mencapai lebih dari 1.000 orang, 38 persen di antaranya adalah perempuan. Angka ini menurtnya harus terus dikembangkan, mengingat secara nasional tolak ukur keterlibatan perempuan di industri ini barulah sebesar 15 persen.
Adapun sepanjang lebih dari kuartal I/2022 berjalan, Shipper berhasil merealisasikan sesuai dengan target yang diharapkan. Salah satunya berkat gencarnya kampanye dari sejumlah marketplace secara rutin. Tak hanya pada saat harbolnas.