Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Bahan Baku Makanan Olahan Tinggi, Produktivitas Lahan Jadi Kunci

Industri makanan olahan sangat bergantung kepada bahan baku dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah perlu bekerja lebih keras demi meningkatkan produktivitas lahan di Tanah Air untuk menghilangkan ketergantungan bahan baku impor di industri makanan olahan.

Menurut Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, dana yang digelontorkan pemerintah dalam meningkatkan produktivitas lahan baik melalui peremajaan maupun pemanfaatan teknologi relatif masih terbatas.

"Dengan demikian, upaya peningkatan produktivitas lahan melalui peremajaan serta pemanfaatan teknologi dan lain-lain perlu ditingkatkan," ujar Faisal ketika dihubungi, Minggu (29/5/2022).

Sebab, sambungnya, industri makanan olahan sangat bergantung kepada bahan baku dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Sementara itu, produktivitas lahan perkebunan dan pertanian di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain.

Sekadar gambaran, dalam APBN 2022 Kementerian Pertanian memiliki pagu anggaran senilai Rp14,45 triliun yang dengan alokasi di antaranya, Ditjen Tanaman Pangan Rp1,77 triliun, Ditjen Hortikultura Rp1,04 triliun, dan Ditjen Perkebunan Rp1,31 triliun.

"Produktivitas bahan baku seperti kakao, kopi, kelapa, tanaman holtikultura rendah. Ini tentu saja memengaruhi tingkat produksi," sambungnya.

Selain itu, diversifikasi negara asal impor dinilai bisa menjadi cara bagi Indonesia untuk menjamin keberlanjutan pasokan bahan baku untuk material yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri, seperti tepung gandum.

Terlebih, ketika muncul situasi buruk seperti perang di Ukraina sebagai pemasok gandum terbesar ke Tanah Air, negara memiliki alternatif pemasok dengan harga yang tidak jauh berbeda.

Upaya diversifikasi tersebut, ujar Faisal, juga berlaku untuk masalah pembatasan ekspor gula dari India yang notabene merupakan pemasok utama Indonesia.

"Gejolak ini bisa diatasi dengan diversifikasi asal negara impor yang cukup beragam. Ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap negara pemasok yang terlalu besar porsinya," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper