Bisnis.com, JAKARTA - Negara G7 menyepakati larangan impor minyak dari Rusia, menambah sanksi setelah invasi di Ukraina.
Hal ini disepakati setelah pertemuan virtual antara pemimpin negara G7 dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (8/5/2022). Pertemuan dilakukan pada malam peringatan kemenangan Rusia melawan Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
"[Para pemimpin akan] berkomitmen untuk menghapus ketergantungan kami pada energi Rusia, termasuk dengan menghapus atau melarang impor minyak Rusia," dikutip dari pernyataan G7 seperti dilansir Bloomberg pada Senin (9/5/2022).
G7 akan memastikan bahwa akan melakukannya tepat waktu dan teratur. Aliansi tujuh ekonomi ini juga menyatakan akan menyediakan waktu bagi dunia untuk mengamankan pasokan alternatif.
Beberapa negara G7 telah berjanji untuk mendiversifikasi pasokan Rusia. Amerika Serikat dan Inggris telah mengumumkan larangan impor minyak.
Lebih jauh, Gedung Putih secara terpisah telah mengumumkan larangan kerja sama antara perusahaan akuntan dan konsultan dengan seluruh entitas Rusia.
Baca Juga
Sanksi terbaru itu termasuk pengawasan ekspor pada barang industri yang baru, pembatasan pada tiga stasiun televisi milik pemerintah, dan pembatasan visa tambahan.
Sementara itu, Jerman yang merupakan ekonomi terbesar di Uni Eropa juga mendukung sanksi tersebut pada Januari.
Adapun Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga mengungkapkan komitmen paling progresif untuk menghentikan impor energi dari Rusia. Namun, Kishida mengatakan butuh waktu untuk menghapus impor minyak dari Rusia.
"Ini adalah keputusan yang sangat sulit bagi sebuah negara yang mengimpor hampir seluruh energinya, tetapi ini adalah saat ketika persatuan G7 lebih penting dari apapun," ujar Kishida.
Para pemimpin G7 juga mengatakan mereka akan mengambil tindakan untuk melarang atau mencegah layanan bisnis utama bagi Rusia. “Ini akan memperkuat isolasi Rusia di semua sektor ekonominya,” menurut pernyataan itu.
Untuk itu, G7 akan membentuk kerja sama agar memastikan ketersediaan pasokan energi global yang stabil, berkelanjutan, dan terjangkau.
"Termasuk mendorong pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan transisi kami kepada energi bersih seiring dengan target iklim kami," ungkapnya.