Bisnis.com, JAKARTA — Isu berkurangnya jumlah pesawat menjadi kekhawatiran menjelang periode Lebaran 2022 dan secara jangka panjang untuk memenuhi tingkat permintaan penerbangan yang berangsur pulih.
Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (JAPRI) Gerry Soejatman menjelaskan dalam kondisi keuangan maskapai yang baru mulai pulih, jumlah pesawat harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing maskapai.
"Untuk Lebaran palingan dengan menambah utilisasi pesawat. Namun masalah bagi maskapai kan tidak hanya di situ saja," ujarnya, Jumat (15/4/2022).
Menurutnya, penambahan utilisasi harus melihat beberapa faktor. Misalnya seperti jumlah pilot yang tersedia saat ini harus diperhatikan agar bisa menambah utilisasi pesawat. Termasuk, kata dia, untuk melihat jumlah kru maskapai yang ada saat ini agar bisa sesuai dengan rencana utilisasi pada Lebaran nanti.
Selain itu, lanjutnya, persoalan sumber daya dan rencana pemeliharaan pesawat juga memerlukan adanya penambahan dan pembelian suku cadang lebih dini dan ini harus dibeli dulu. Menurutnya, selama semua pemeliharaan dijaga, utilisasi bisa naik.
"Tidak ada istilah pesawat overwork jika maintenance parts dan personil, serta crew sudah disiapkan. Pengawasannya dengan audit persiapan, dan pemantauan selama musim Lebaran harus ditingkatkan," imbuhnya.
Baca Juga
Gerry menuturkan pada periode Lebaran ini, sulit bagi maskapai untuk bekerja dari kemampuan yang sebelumnya karena jam operasi bandara saat ini juga banyak yang belum kembali normal.
"Nah, kalau demand naik tapi kapasitas tidak ngejar, harga tiket akan naik. Lebaran biasanya harga tiket menempel ke tarif batas atas baik LCC maupun full service. Yang berpengaruh adalah harga avtur di masa sepi sebelum musim mudiknya," tekannya.
Gerry berpendapat isu kekurangan jumlah pesawat ini belum ada solusinya. Keuangan maskapai harus pulih terlebih dahulu baru memulai untuk menambah armada.
Sebelas maskapai penerbangan disebut telah menyiagakan sebanyak 335 pesawat untuk mengantisipasi jumlah lonjakan penumpang pada periode lebaran 2022. Jumlah pesawat yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan domestik mengalami penyusutan hingga lebih dari 50 persen akibat terimbas pandemi.
Sekretaris Dirjen Perhubungan Udara Nur Isnin mengatakan jumlah pesawat yang dikuasai oleh maskapai sebelum pandemi Covid-19 melanda adalah hampir mencapai lebih dari 600 pesawat. Namun, pandemi telah menyebabkan kepemilikan maskapai terhadap jumlah pesawat turun hampir 50 persen sampai 60 persen. Kondisi tersebut lantaran sejumlah pesawat tersebut sebagian sudah dikembalikan kepada para lessor.
Meski jumlah pesawat yang dioperasikan maskapai mengalami penurunan, dia berharap tetap bisa mengantisipasi sekitar 8,7 juta pemudik yang diprediksikan akan menggunakan transportasi udara.
“Kami harapkan masih bisa melayani kapasitas pemudik melalui udara. Tercatat jumlah pesawat yang siap operasi serviceable 335 pesawat dari 11 operator. Kami optimalkan supaya bisa melayani optimal untuk mudik,” ujarnya.
Dia memastikan bahwa semua jenis pesawat tersebut harus memenuhi SOP dan standar keselamatan. Jumlah pesawat yang sebelumnya terparkir mengalami prosedur jangka panjang pengecekan oleh inspektur kelaikan udara untuk bisa diaktifkan kembali.
“Kami stand by alokasi pesawat mayoritas untuk rute ke Jawa. Sekarang banyak frekuensi berkurang tapi sebetulnya menggunakan maksimal pesawat yang maskapai punya sesuai tingkat permintaan yang ada,” jelasnya.
Selama periode lebaran 2022 tersebut, Isnin menyebut masih mengkaji kebijakan terkait harga tiket pesawat. Pemerintah bisa saja memberlakukan kebijakan tuslah selama periode tertentu di rute tertentu untuk jenis pesawat tertentu. Hal tersebut seperti yang telah diberlakukan pada saat lonjakan penumpang MotoGP.