Bisnis.com, JAKARTA - Laju inflasi dunia diperkirakan akan mengalami lonjakan yang besar sebagai implikasi dari perang Rusia dan Ukraina.
Kepala Departemen Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan bahwa kenaikan harga global sudah terjadi bahkan sebelum perang Rusia dan Ukraina.
Menurutnya, Indonesia beruntung karena tingkat inflasi yang masih rendah dan terkendali. Namun, situasi ini perlu diwaspadai ke depan.
Perang Rusia dan Ukraina telah menyebabkan kenaikan harga minyak dunia yang signifikan. Yose memperkirakan, kenaikan harga minyak dunia masih akan terus berlangsung dan memperburuk bagi negara konsumen energi, termasuk Indonesia.
“Rantai pasok makin terpengaruh dan tertekan, dan kita bisa prediksi akan terjadi lonjakan harga yang akan berdampak di seluruh dunia, termasuk Indonesia,” katanya dalam diskusi virtual, kamis (7/4/2022).
Yose menambahkan, konflik Rusia dan Ukraina pun semakin menambah ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang tengah berlangsung.
Baca Juga
Meski peran kedua negara itu bukan sebagai pusat rantai pasok dari perekonomian global, namun Rusia merupakan negara pemasok utama bahan mentah yang penting termasuk bahan pangan atau bahan bakar minyak dan energi lainnya.
Ukraina pun merupakan salah satu negara pengekspor komoditas gandum terbesar.
Organisation for Economic Co-operation and Development memperkirakan akan ada penurunan pertumbuhan ekonomi global sebesar 1 persen pada tahun ini.
Padahal, perekonomian dunia masih belum kembali ke level normal akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
“Kemungkinan konflik berkepanjangan, ini akan memberikan tekanan yang lebih tinggi lagi pada inflasi dunia,” jelasnya.