Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan inflasi diperkirakan meningkat yang disebabkan oleh gejolak harga di tingkat global, serta meningkatnya permintaan pada periode Ramadan dan Idulfitri.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan kondisi global, terutama perang antara Rusia dan Ukraina telah memperburuk kondisi kelangkaan pangan dan energi di tengah pandemi Covid-19.
Kondisi ini menyebabkan kenaikan harga energi di tingkat global, seperti minyak mentah dan gas alam, serta komoditas pangan, seperti gandum, kedelai, dan daging sapi.
“Pergerakan harga produsen di luar negeri tentu saja nanti bisa merambat ke Indonesia dengan berbagai transmisi melalui perdagangan,” katanya dalam diskusi virtual, Kamis (7/4/2022).
Margo mengatakan, kenaikan harga ini pun telah meningkatkan inflasi di banyak negara dan cukup mengkhawatirkan, termasuk di negara mitra dagang utama Indonesia.
Beberapa negara tersebut diantaranya China yang mencatatkan inflasi sebesar 0,9 persen pada Maret 2022, Jepang 0,9 persen, Amerika Serikat 7,9 persen, Uni Eropa 7,5 persen, Singapura 4,3 persen, dan Thailand 5,7 persen.
“Jadi rambatan ke Indonesia, kalau harga produsen mitra dagang kita terjadi kenaikan harga, jd bisa dipastikan, karena sebagian impor untuk membeli bahan baku, jadi akan berdampak ke sektor riil yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Oleh karena itu, tekanan dari inflasi global, sejalan dengan perkiraan naiknya permintaan pada periode Ramadan, kata Margo akan mempengaruhi inflasi pada April dan bulan-bulan mendatang.
“Tergantung bagaimana kita merespon kebijakan ini terhadap pergerakan harga yang sekarang maupun yang terjadi akibat geopolitik yang sedang bergejolak.