Bisnis.com, JAKARTA — Mengendalikan inflasi menjadi salah satu ambisi presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal tersebut dapat dilihat dengan inflasi yang terjaga pada level rendah.
Ekonom Senior Faisal Basri mengakui, itu merupakan prestasi yang luar biasa. Kendati demikian, Faisal menyebutkan bahwa inflasi rendah yang ditunjukkan merupakan semu.
"Terlepas dari caranya mengendalikan inflasi, ternyata cara Pak Jokowi mengendalikan inflasi itu dengan metode injak kaki, bukan dengan memperbaiki pasokan, bukan memperbaiki logistik. Ada sih tapi lebih ke metode injak kaki," ujarnya dalam webinar bertajuk 'Harga Kian Mahal: Recovery Terganggu?' pada Kamis (7/4/2022).
Menurutnya metode yang dipilih Jokowi tidak menyelesaikan pangkal persoalan. Sebagaimana diketahui, inflasi menjadi isu langganan di Indonesia setiap momentum-momentum tertentu.
Kedua, adalah fakta di lapangan yang menunjukkan konsumsi pangan masih tinggi, yang menandakan bahwa pendapatan masyarakat masih rendah.
Data Badan Pusat Statistik pada Maret 2021 menunjukkan, pengeluaran untuk makanan masih dominan bagi mayoritas penduduk atau sekitar 80 persen. Dimana, pengeluaran 20 persen orang termiskin untuk makan mencapai 64,15 persen. Sedangkan, pengeluaran 20 persen orang terkaya untuk makan berada di 39,22 persen.
Padahal, kata Faisal, Jokowi ingin menghilangkan kemiskinan ekstrem di Indonesia.
"Jadi mudah-mudahan Pak Jokowi tidak 3 periode, atau ditambah masa jabatannya karena kalau ditambah jabatan, yang bagus-bagus bisa jadi jelek," katanya.
Dia menambahkan, pada akhirnya Jokowi tidak menyisakan apa-apa kecuali kerusakan lingkungan dan utang yang menumpuk.
"Oleh karena itu kita sayang sama Pak Jokowi. Jadi, sampai 2024 aja Pak," katanya.