Bisnis.com, JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mengklaim pasokan bahan baku untuk industri baja dalam negeri masih mencukupi, di tengah risiko kemacetan suplai akibat lockdown meluas di China dan konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.
Direktur Komersial Krakatau Steel Melati Sarnita mengatakan pihaknya tidak mengimpor bahan baku berupa produk flat dari China. Bahan baku produk flat yakni slab baja sebagian besar disuplai oleh produsen lokal, PT Krakatau Posco dan PT Dexin Steel Indonesia.
"Aman-aman saja. Local players bisa suplai kok, 60 persen slab kami dipasok domestik dari Krakatau Posco and Dexin Morowali," kata Melati kepada Bisnis, Kamis (7/4/2022).
Sisa kebutuhan bahan baku sebesar 40 persen memang didatangkan dari impor. Namun, Melati enggan mengungkap darimana saja sumber importasi bahan baku tersebut.
Melati yang juga menjabat Ketua Cluster Flat Product Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mengatakan komposisi pasokan bahan baku baja di dalam negeri kurang lebih juga berada pada angka tersebut.
"Kalau baja nasional menurut saya sama, untuk flat product. Biasanya portion-nya 30 persen sampai 40 persen saja [untuk impor]," lanjutnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Bimakarsa Wijaya, Direktur IISIA menyatakan ada peluang perluasan ekspor produk baja setengah jadi di tengah pasokan yang surut akibat perang Rusia-Ukraina. Namun, hal itu dengan lebih dulu memperhatikan kecukupan kebutuhan baja setengah jadi seperti slab dan billet untuk industri dalam negeri.
Bimakarsa mengatakan industri baja dalam negeri mampu memenuhi pasar slab dan billet yang ditinggalkan Rusia dan Ukraina di Indonesia.
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, Indonesia mengimpor slab dan billet dari Rusia dan Ukraina, sebagai bahan baku produk baja hilir sebesar 5 persen hingga 10 persen.
"Kemampuan dalam negeri masih mencukupi dan hampir tidak ada pengaruh. Kedua, apabila memungkinkan, kami bisa memanfaatkan untuk melakukan ekspor, karena seluruh negara Eropa akan terdampak," kata Bimakarsa.