Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Universitas Indonesia Chatib Basri mengatakan Pertamina akan tetap nombok meskipun Pertamina menaikkan tarif Pertamax dari Rp9.000 menjadi Rp12.500 per liter.
Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, harga keekonomian Pertamax harusnya berada di kisaran Rp16.000.
"Jadi kalau harga keekonomiannya Rp16.000 ditaruh harganya Rp12.500 oleh Pertamina, maka Pertamina harus tetap nombok di situ," kata mantan Menteri Keuangan tersebut, dikutip Selasa (5/4/2022).
Jika pada akhirnya Pertamina nombok, Chatib memastikan Pertamina akan datang ke Kementerian Keuangan.
"Dia nanti akan bilang ini, 'kalau uang receivable nya nggak dibayar kita nggak bisa distribusi BBM nih'. Akibatnya, ujungnya subsidinya tetap ditanggung oleh Kementerian Keuangan," ujarnya.
Sementara itu, katanya, apabila harga Pertamax sesuai dengan harga keekonomian yakni Rp16.000 maka subsidinya akan mengalami penurunan. Tetapi akan ada risiko, dimana jika gap dari Pertamax terhadap Pertalite yang disubsidi menjadi besar, maka orang akan pindah ke Pertalite.
Baca Juga
Karena Pertalite merupakan jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah, maka akan memicu overquota.
Chatib menyampaikan, apabila overquota terjadi yang menyebabkan orang akan mengonsumsi Pertalite, maka beban subsidi untuk Pertalite akan kembali naik.
"Yang saya katakan adalah ujungnya Kementerian Keuangan harus menanggung beban dari kenaikan ini," ujarnya.