Bisnis.com, JAKARTA - Pembiayaan anggaran negara melalui utang sepanjang Januari-Februari 2022 turun tajam hingga 66,1 persen menjadi Rp92,9 triliun, dibandingkan Rp273,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan penurunan 66 persen atau Rp210 triliun ini merupakan indikasi yang bagus.
Dia menegaskan, penurunan penerbitan utang akan membantu pemerintah menghindari risiko dari sektor keuangan.
"Ini hal yang bagus karena risiko bergeser kepada sektor keuangan dengan adanya Fed Fund Rate yang meningkat, inflasi tinggi, suku bunga naik dan ini mempengaruhi yield SBN, tentu harus kita jaga," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, Senin (28/3/2022).
Menurut Sri Mulyani, pemerintah telah mengatur strategi pembiayaan utang yang dimulai pada Februari lalu. Hal tersebut a.l. dengan menyesuaikan jumlah penerbitan, penetapan tenor utang, waktu penerbitan, komposisi mata uang dan skema burden sharing dengan Bank Indonesia (BI) yang membantu.
Seperti diketahui burden sharing akan dilakukan hingga semester kedua tahun ini. kerja sama ini akan menopang pemerintah dalam menghadapi situasi, volatilitas, dan risiko yang meningkat dari pasar obligasi dan tren kenaikan suku bunga.
Baca Juga
Dari paparan Sri Mulyani, diketahui realisasi pembiayaan utang pemerintah terdiri dari dua jalur, penerbitan surat berharga negara (SBN) dan penarikan pinjaman.
Kemudian, realisasi penerbitan surat utang sepanjang Januari-Februari 2022 turun dratis hingga 75,1 persen menjadi Rp67,7 triliun year on year (yoy).
Namun, penarikan pinjaman atau utang oleh pemerintah pada Januari-Februari 2022 meningkat tajam hingga 954,4 persen menjadi Rp 25,2 triliun yoy, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp2,4 triliun.
Sri Mulyani sendiri menuturkan pihaknya akan menjaga kesehatan APBN agar dapat menjalankan fungsinya dalam melindungi masyarakat dan ekonomi, termasuk menjadi shock absorber di tengah ketidakpastian akibat situasi geopolitik global yang meningkatkan harga komoditas hingga pada akhirnya mempengaruhi inflasi global.