Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menunjukkan sikap yang semakin agresif untuk meredakan inflasi dengan mengaku siap mengerek suku bunga acuan hingga 0,5 persen dalam pertemuan berikutnya.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (22/3/2022), Powell memberikan sinyal enam kali kenaikan sebesar itu pada tahun ini. Kenaikan tersebut disebut siap dilakukan pada pertemuan pada 3-4 Mei.
Seperti diketahui, pembuat kebijakan moneter menaikkan benchmark bunga pinjaman hingga 0,25 persen pada pertemuan pekan lalu, mengakhiri era biaya pinjaman mendekati nol persen.
"Jika kami menyimpulkan layak untuk bergerak lebih agresif dengan menaikkan fed fund rate lebih dari 25 basis poin pada satu pertemuan atau beberapa pertemuan, kami akan melakukannya," ujar Powell dalam sebuah pidato di acara National Association for Business Economics pada Senin.
Dia menyebutkan tidak ada yang menghalangi pembuat kebijakan pada kemungkinan tertundanya kenaikan 0,5 persen pada Mei, yang akan menjadi kenaikan pada level tersebut sejak 2000.
Belum ada keputusan final terkait hal tersebut, tetapi mengakui kemungkinan jika didukung dengan data.
"Kolega saya dan saya mungkin mencapai kesimpulan bahwa kami perlu bergerak lebih cepat dan jika demikian kami akan melakukannya,” katanya.
Powell secara terang-terangan bersikap lebih hawkish dari konferensi pers pada pertemuan sebelumnya. Dia mendengarkan pandangan dari 16 pembuat kebijakan yang saat ini tergabung dalam Federal Open Market Committee (FOMC).
Hal itu menunjukkan bahwa jika inflasi terus memanas, maka pengetatan moneter yang lebih agresif tidak akan terhindarkan.
Wacana kenaikan suku bunga hingga setengah persen langsung direspons oleh pasar uang AS. Imbal hasil surat utang AS melonjak lebih tinggi.
"Dia tidak ingin melihat episode lain di mana mereka terlalu lambat untuk bertindak [terhadap inflasi]. Awalnya kami pikir kenaikan setengah persen terjadi pada Juni, tetapi pidato ini akan memajukannya pada Mei,” kata ekonom L.H. Meyer Derek Tang di Washington.
Kenaikan suku bunga acuan diperkirakan akan mencapai 2,8 persen pada 2023, melampaui tingkat netral sekitar 2,4 persen.
"Dan jika kami memutuskan bahwa kami perlu melakukan pengetatan di luar langkah-langkah netral yang umum lalu menjadi sikap yang lebih membatasi, kami akan melakukannya juga," kata Powell.