Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Peluang di Eropa, Pengusaha Furnitur Enggan Bergeser dari Amerika

Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor furnitur dan kerajinan mencapai US$3,42 miliar atau tumbuh 25,83 persen secara year-on-year (YoY). Adapun tahun ini, nilai ekspor ditargetkan sebesar US$3,69 miliar, tumbuh 7,65 persen dari capaian tahun lalu.
Ilustrasi furniture
Ilustrasi furniture

Bisnis.com, JAKARTA - Meski terbuka peluang perluasan ekspor ke Eropa, pengusaha furnitur masih fokus menggarap pasar Amerika Serikat (AS) di mana permintaannya diprediksi akan tetap tumbuh signifikan hingga 2024. Hal itu lantaran China yang mengerem ekspor furniturnya ke AS sebagai dampak perang dagang.

Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan ada peluang pasar hingga US$24 miliar yang ditinggalkan China di AS. Indonesia masih memiliki momentum pertumbuhan ekspor furnitur terutama ke AS dalam tiga tahun mendatang. HIMKI memproyeksikan total ekspor furnitur nasional pada 2024 dapat mencapai US$5 miliar.

"Kami masih punya momentum tiga tahun ke depan. Puncaknya di 2021, sekarang masuk 2022, kemudian akan melandai, sampai 2024 akan ada normalisasi [pertumbuhan] di angka 3-4 persen," kata Abdul kepada Bisnis, Rabu (16/3/2022).

Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor furnitur dan kerajinan mencapai US$3,42 miliar atau tumbuh 25,83 persen secara year-on-year (YoY). Adapun tahun ini, nilai ekspor ditargetkan sebesar US$3,69 miliar, tumbuh 7,65 persen dari capaian tahun lalu.

Abdul menjelaskan selain Vietnam dan Malaysia yang banyak mengapalkan engineering wood ke Paman Sam untuk menyubstitusi pasokan dari China, Indonesia juga mendapat rembesan permintaan yang besar.

Dari total ekspor tahun lalu, pasar AS berkontribusi 54,12 persen untuk mebel dan 49,02 persen untuk kerajinan.

Dengan surutnya pasokan kayu dan furnitur ke Eropa dari Rusia karena konflik dengan Ukraina, Abdul justri berharap fokus pengusaha tetap ke pasar AS untuk mengejar target pertumbuhan sampai 2024.

"Justru pada posisi ini, yang lagi hit ke Amerika, karena total seluruh dunia yang 127 negara, itu hampir sebanding dengan satu USA," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper