Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Utilitas Industri Furnitur Terkerek Kinerja Ekspor

Pada tahun lalu Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia menargetkan pertumbuhan nilai ekspor sebesar 16 persen. Realisasinya, sepanjang 2021, nilai ekspor naik 28,93 persen.
Reni Lestari
Reni Lestari - Bisnis.com 13 Januari 2022  |  19:32 WIB
Utilitas Industri Furnitur Terkerek Kinerja Ekspor
Ilustrasi. - Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Utilitas produksi industri furnitur lokal dinilai telah pulih ke posisi sebelum pandemi. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mencatat hal itu terindikasi dari pertumbuhan nilai ekspor sepanjang tahun lalu, mencapai US$3,14 miliar pada periode Januari-November 2021.

Capaian tersebut naik 28,93 persen dari realisasi 2020 sebesar US$2,43 miliar. Sekretaris Jenderal HIMKI Abdul Sobur mengatakan pihaknya hanya menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 16 persen pada tahun lalu.

"Ternyata faktanya lebih besar karena ada permintaan besar-besaran dari AS yang mana mereka mengurangi belanja dari China akibat perang dagang," kata Sobur kepada Bisnis, Kamis (13/1/2022).

Adapun proyeksi realisasi nilai ekspor sepanjang 2021 yakni US$3,17 miliar. Pada tahun ini, HIMKI menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 16,38 persen menjadi US$3,69 miliar.

Sementara itu, dari capaian nilai ekspor tersebut, mebel masih menjadi kontributor terbesar yakni 72,80 persen, sementara produk kerajinan menyumbang 27,20 persen.

Pada kelompok produk mebel, yang menjadi kontributor terbesar yakni furnitur kayu 56,81 persen, diikuti furnitur rotan 6,61 persen, dan furnitur metal 3,75 persen.

Selain ekspor yang meningkat signifikan, laju impor furnitur ternyata juga tumbuh cukup deras dengan pertumbuhan 30,96 persen dari US$828,6 juta menjadi US$1,1 miliar. Kenaikan impor terbesar terjadi pada kelompok produk mebel yang tumbuh 39,14 persen sedangkan kerajinan naik 20,92 persen.

"Ini yang harus disiasati agar produk impor tidak membanjiri, dengan aturan yang lebih ketat, misalnya sejumlah gerai wajib menggunakan kandungan lokal 80 persen," katanya.

Sobur menjelaskan bahan baku masih menjadi tantangan utama industri. Anggota HIMKI selama ini membeli kayu dari PT Perum Perhutani secara mandiri atau melalui beberapa perantara sehingga harganya menjadi mahal.

Demikian pula dengan bahan baku rotan yang pasokannya masih sulit didapatkan. Sobur mendorong pemerintah membentuk satuan tugas (Satgas) rotan untuk mencegah penyelundupan.

"Banyak industri mebel dan kerajinan rotan beralih ke produk basis bahan baku lain sehingga industri mebel dan kerajinan yang seharusnya bisa diandalkan karena keunggulan comparative advantage dan diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru di sektor ini, tidak mustahil ke depannya akan terus berkurang," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

manufaktur kayu furnitur
Editor : Muhammad Khadafi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top