Bisnis.com, JAKARTA — Utilitas produksi industri furnitur lokal dinilai telah pulih ke posisi sebelum pandemi. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mencatat hal itu terindikasi dari pertumbuhan nilai ekspor sepanjang tahun lalu, mencapai US$3,14 miliar pada periode Januari-November 2021.
Capaian tersebut naik 28,93 persen dari realisasi 2020 sebesar US$2,43 miliar. Sekretaris Jenderal HIMKI Abdul Sobur mengatakan pihaknya hanya menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 16 persen pada tahun lalu.
"Ternyata faktanya lebih besar karena ada permintaan besar-besaran dari AS yang mana mereka mengurangi belanja dari China akibat perang dagang," kata Sobur kepada Bisnis, Kamis (13/1/2022).
Adapun proyeksi realisasi nilai ekspor sepanjang 2021 yakni US$3,17 miliar. Pada tahun ini, HIMKI menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 16,38 persen menjadi US$3,69 miliar.
Sementara itu, dari capaian nilai ekspor tersebut, mebel masih menjadi kontributor terbesar yakni 72,80 persen, sementara produk kerajinan menyumbang 27,20 persen.
Pada kelompok produk mebel, yang menjadi kontributor terbesar yakni furnitur kayu 56,81 persen, diikuti furnitur rotan 6,61 persen, dan furnitur metal 3,75 persen.
Baca Juga
Selain ekspor yang meningkat signifikan, laju impor furnitur ternyata juga tumbuh cukup deras dengan pertumbuhan 30,96 persen dari US$828,6 juta menjadi US$1,1 miliar. Kenaikan impor terbesar terjadi pada kelompok produk mebel yang tumbuh 39,14 persen sedangkan kerajinan naik 20,92 persen.
"Ini yang harus disiasati agar produk impor tidak membanjiri, dengan aturan yang lebih ketat, misalnya sejumlah gerai wajib menggunakan kandungan lokal 80 persen," katanya.
Sobur menjelaskan bahan baku masih menjadi tantangan utama industri. Anggota HIMKI selama ini membeli kayu dari PT Perum Perhutani secara mandiri atau melalui beberapa perantara sehingga harganya menjadi mahal.
Demikian pula dengan bahan baku rotan yang pasokannya masih sulit didapatkan. Sobur mendorong pemerintah membentuk satuan tugas (Satgas) rotan untuk mencegah penyelundupan.
"Banyak industri mebel dan kerajinan rotan beralih ke produk basis bahan baku lain sehingga industri mebel dan kerajinan yang seharusnya bisa diandalkan karena keunggulan comparative advantage dan diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru di sektor ini, tidak mustahil ke depannya akan terus berkurang," jelasnya.