Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Februari 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 mencapai US$3,83 miliar.
Surplus ini meningkat dibandingkan bulan lalu yang mencapai US$930 juta. Surplus neraca perdagangan ini disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih tinggi daripada nilai impor.
Nilai ekspor pada bulan Februari 2022 tercatat US$20,46 miliar dan nilai impor hanya US$16,64 miliar.
Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan surplus neraca perdagangan pada Februari merupakan surplus ke 22 secara beruntun. Adapun, surplus Februari dipicu oleh kenaikan harga komoditas a.l. batu bara, tembaga, timah dan nikel.
"Kenaikan harga komoditas tentu saja akan berpengaruh pada ekspor kita," papar Margo.
Secara rinci, nilai ekspor Februari 2022 naik 6,7 persen dibandingkan Januari 2022 dan naik 34,14 persen dibandingkan Februari 2021.
Baca Juga
"Kondisi ekspor pada Januari 2022 dan Februari 2022 lebih baik dari tahun sebelumnya," ujar Kepala BPS.
Jika dilihat secara tahunan, kenaikan didorong oleh ekspor nonmigas yang naik 35,24 persen. Sementara itu, ekspor migas naik mencapai 15,60 persen.
Dari data BPS, harga minyak mentah Indonesia naik dari US$85.89 per barel pada Januari, menjadi US$95,72 per barel pada Februari 2022.
"Mengalami 11,44 persen mtm, secara yoy terjadi peningkatan 58,58 persen," ujarnya.
Sementara itu, batu bara naik 16,5 persen mtm, CPO 13,20 persen mtm.
Jika dilihat dari sektornya, BPS mencatat pertumbuhan positif yang cukup tinggi dari pertambangan sebesar 65,82 persen mtm dan 84,61 persen yoy.
Penyebab tingginya ekspor pertambangan secara tahunan dipicu oleh kenaikan ekspor batu bara yang mencapai 75,42 persen dan biji tembaga sebesar 319,95 persen.
Sementara itu, impor Februari 2022 mencapai US$16,64 miliar, turun 8,64 persen dibandingkan Januari 2022. Namun, angka ini