Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia-Ukraina Ancam Krisis Energi, Biden Didesak untuk Produksi Shale Oil

Harga minyak mentah bisa mencapai rekor US$ 185 per barel pada akhir tahun jika pembeli terus membekukan minyak mentah Rusia, analis JPMorgan memperingatkan. Di Eropa, harga gas alam berjangka 10 kali lipat dari harga tahun lalu. Harga bensin AS berada di level tertinggi sejak 2014 dan mencapai rekor tertinggi di California pada Kamis lalu.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Desakan keras datang dari para eksekutif minyak Amerika untuk Presiden Joe Biden. Mereka meminta Joe Biden untuk mengurangi beban pemerintah federal dan melirik peluang industri yang sering dihindarinya yakni minyak bumi non konvensional, shale oil.

Pemerintahan Biden, yang menjadikan perubahan iklim sebagai salah satu pilar kebijakannya, seringkali meminta OPEC+ untuk menaikkan produksi minyak mentah guna mengontrol harga energi -- sementara pada saat yang sama, pemerintahan Biden menolak peningkatan produksi minyak di dalam negeri.

Saat ini, para eksekutif minyak dan gas mengatakan mereka dapat membantu meringankan krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina, meski demikian, mereka perlu meminta pendapat Gedung Putih terlebih dahulu.

“Pergeseran dari Rusia tidak akan terjadi dalam semalam, dan kita harus jelas tentang itu, tetapi agar hal tersebut terjadi sama sekali, kita memerlukan kebijakan energi yang jelas dan konsisten di sini, di AS,” kata Dustin Meyer, Wakil Presiden American Petroleum Institute, dalam panggilan konferensi, dilansir dari Bloomberg, Senin (07/03/2022).

Di sisi lain, para kritikus mengeluh industri bahan bakar fosil menekan keuntungannya pada saat perang, menyebabkan kenaikan harga yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina, dapat memaksa Presiden Biden untuk memperhitungkan bagaimana urgensi ketahanan energi yang semakin meningkat sejalan dengan agenda iklimnya.

"Kami mengharapkan perubahan preferensi dari Washington," kata Pickering Energy Partners dalam sebuah catatan kepada klien. Krisis yang meningkat di Eropa dikombinasikan dengan “harga bensin tinggi yang mematikan ekonomi” kemungkinan akan memacu Gedung Putih untuk secara eksplisit menyerukan lebih banyak produksi AS, tulis para analis.

Hal tersebut tengah diserukan oleh produsen shale oil di AS.

“Saya sedikit bingung karena belum ada dialog,” kata Chief Executive Officer Devon Energy Corp Rick Muncrief awal pekan ini dalam sebuah wawancara di New York.

Pemerintahan Biden sering menolak permintaan bantuan industri, dengan alasan itu tidak menghalangi peningkatan produksi minyak dan gas. Perusahaan sudah dapat memanfaatkan ribuan izin pengeboran yang tidak terpakai yang sudah mereka miliki, kata Wakil Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Bharat Ramamurti di Bloomberg Television. “Jika orang ingin melangkah maju dan menghasilkan lebih banyak, mereka bebas melakukannya.”

Meski demikian, masalah lain yang lebih serius tetap ada. Penjualan sewa Teluk Meksiko baru-baru ini dibatalkan oleh pengadilan federal dengan alasan analisis iklim yang tidak memadai; perizinan pipa, terutama di Timur Laut, penuh; dan Komisi Sekuritas dan Bursa sedang menyusun peraturan yang akan memaksa perusahaan publik untuk mengungkapkan rincian tentang pembelian energi dan emisi gas rumah kaca.

Secara pribadi, eksekutif industri mengklaim agenda anti bahan bakar fosil yang diterapkan pemerintahan Biden membuat investor dan bank kurang bersedia mendanai kegiatan pengeboran minyak, sehingga meningkatkan biaya modal bagi para produsen migas. CEO Chevron Corp. Mike Wirth mengatakan pihaknya berharap untuk melakukan dialog yang lebih baik dengan pemerintah daripada di hari-hari awalnya.

Memang, ketakutan akan ketahanan energi tengah bereskalasi. Harga minyak mentah bisa mencapai rekor US$ 185 per barel pada akhir tahun jika pembeli terus membekukan minyak mentah Rusia, analis JPMorgan memperingatkan. Di Eropa, harga gas alam berjangka 10 kali lipat dari harga tahun lalu. Harga bensin AS berada di level tertinggi sejak 2014 dan mencapai rekor tertinggi di California pada Kamis.

Setelah pemerintahan Biden menghabiskan upaya awalnya untuk menjinakkan harga – yaitu melepaskan minyak dari stok pemerintah dan mendorong OPEC untuk meningkatkan produksi – politisi akhirnya dapat beralih ke produsen AS, analis Citigroup Global Markets Inc. Scott Gruber memaparkan dalam sebuah catatan.

Salah satu keuntungan utama dari shale oil adalah bahwa minyak tersebut merupakan salah satu dari sedikit bagian dari industri minyak global yang dapat meningkatkan produksi dengan cepat, dalam hitungan bulan, bukan tahun untuk proyek lepas pantai yang besar.

Chief Executive Officer Pioneer Natural Resources Co Scott Sheffield mengatakan independen minyak terbuka untuk meningkatkan target produksinya sebagai bagian dari "upaya terkoordinasi," menurut sebuah wawancara dengan S&P Global Commodity Insights.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper