Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Impor Gandum dari Ukraina, Harga Roti hingga Mie Instan Bakal Naik

Harga gandum diperkirakan terus merangkak naik di tengah eskalasi konflik Rusia-Ukraina. Akibatnya, produk turunan gandum seperti terung terigu dikhawatirkan ikut terkerek.
Gandum dan tepung terigu. /Istimewa
Gandum dan tepung terigu. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Invasi Rusia ke Ukraina diperkirakan merembet ke kenaikan harga bahan pangan yang harus diimpor dari kedua negara tersebut. Salah satu bahan pangan yang diimpor dari Ukraina adalah gandum.

Mengutip data Bloomberg Jumat (25/2/2022) pukul 12.35 WIB, harga gandum (CBOT) telah menembus US$942.75 per bushel untuk pengiriman Mei 2022. Sementara, harga minyak Brent telah menembus US$101.24 per barel. 

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) masih menimbang rencana untuk menaikan harga pangan olahan berbahan baku gandum menyusul terhambatnya pasokan impor akibat perang Rusia-Ukraina. Adapun, Gapmmi melaporkan ketersediaan gandum untuk industri olahan relatif dapat terjaga hingga satu bulan ke depan. 

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan sebagian besar produk makanan olahan gandum dalam negeri seperti mie, tepung terigu, roti hingga kue tergantung pada impor dari Ukraina. Sementara itu, ongkos energi sepenuhnya ditentukan oleh pasokan Rusia.

“Perkiraan saya kalau ini berlangsung lama akan berdampak pada kenaikan harga produk makanan olahan dan ongkos energi yang harus segera kita antisipasi,” kata Adhi melalui sambungan telepon, Jumat (25/2/2022). 

Kendati demikian, Adhi memastikan pengusaha belum bereaksi menanggapi kenaikan harga bahan baku itu di tingkat internasional. Menurut dia, kenaikan indeks harga bahan baku pada perdagangan internasional itu belum tercermin langsung pada harga produk olahan di tingkat konsumen. 

“Memang ada respon kenaikan secara spontan termasuk minyak bumi tapi kenaikan-kenaikan harga itu belum langsung tercermin ke transaksi di riil itu karena kita masih punya stok, mudah-mudahan perang ini tidak lama,” kata dia. 

Hanya saja dia memastikan, inflasi akibat kenaikan harga pangan dan olahannya tidak bakal terhindarkan pada tahun ini. Alasannya, sebagian besar produsen sudah mulai menaikan harga jual mereka seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat pada awal tahun ini. 

“Akhir 2021 kenaikan bahan baku, energi dan logistik luar biasa banyak produsen mulai menaikan harga dan kebanyakan diumumkan awal 2022, oleh karena itu inflasi akan kelihatan pada tahun ini,” kata dia. 

Sebelumnya, mantan anggota Ombudsman Ri Alvin Lie mengigatkan bahwa harga gandum dan turunannya berisiko melonjak karena kedua negara yang tengah berkonflik, Rusia dan Ukraina, adalah eksportir terbesar komoditas tersebut.

Berdasarkan data dari trademap.org, Indonesia secara konsisten mengimpor gandum dan meslin (kode HS 1001), dengan volume di atas 10 juta ton dalam kurun 2016 hingga 2020. Bahkan pada 2017, volume impor gandum Indonesia menembus 11,43 juta ton.

Berdasarkan data terbaru pada 2020, Indonesia mengimpor gandum dengan volume sebanyak 10,29 juta ton. Sementara itu, Turki mengimpor sebanyak 9,65 juta ton dan Mesir sebanyak 9,59 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper