Bisnis.com, JAKARTA – Harga kedelai merangkak ke level tertinggi sembilan tahun seiring dengan meredupnya prospek panen di Amerika Selatan yang mengancam pasokan global.
Dilansir Bloomberg, Kamis (24/2/2022), kontrak berjangka kedelai tercatat naik 2,4 persen menjadi US$16,75 per bushel di Chicago. Angka ini merupakan kontrak teraktif sejak akhir 2012 ketika musim kemarau di Amerika Serikat menganggu pasokan kedelai.
Kenaikan harga kedelai dikhawatirkan makin memperburuk inflasi pangan global dan pakan ternak, yang saat ini juga terdampak akibat kekurangan tenaga kerja dan kenaikan harga energi.
Musim kemarau telah memperburuk proyeksi produksi di Amerika Selatan, misalnya di Brazil, produsen terbesar kedelai di dunia. Argentina dan Paraguay juga diperkirakan mengalami hal yang sama.
Pasokan yang terbatas akan memacu pembeli beralih ke Amerika Serikat. Tak hanya kedelai, biji minyak lainnya yaitu minyak sawit dan canola juga mengalami gangguan pasokan sehingga memacu harga minyak nabati ke level tertinggi.
Analis AgriVisor LLC Karl Setzer mengatakan krisis di Eropa Timur akan memacu pergerakan harga kedelai ke level tertinggi karena eskalasi konflik geopolitik bisa menghambat ekspor minyak bunga matahari.