Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hilirisasi Berjalan, Sektor Industri Ini Berhasil Kerek Ekspor Indonesia

Indonesia terus bertransformasi dari negara penjual barang mentah menjadi penjual barang industri berteknologi tinggi melalui hilirisasi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai ekspor Indonesia pada 2021 berhasil terkerek naik dengan produk-produk industri dan industri berteknologi tinggi yang mendukung hilirisasi nasional.

Usaha ini menjadi jalan Indonesia dalam bertransformasi dari negara penjual barang mentah menjadi penjual barang industri berteknologi tinggi. Merujuk data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor pada 2021 mencapai US$231 miliar atau naik dalam 10 tahun terakhir, yaitu US$203 miliar pada 2011.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa ada empat dari lima barang ekspor yang termasuk kategori industri ini. Crude palm oil (CPO) dan turunannya berhasil menyumbang US$33,83 miliar diikuti oleh besi baja, elektronik, dan industri mobil.

“Tidak pernah dibayangkan oleh saya besi baja menjadi primadona ekspor, ini komitmen dari hilirisasi produk tambang,” ujar Lutfi dalam Gambir Trade Talk, Rabu (23/2/2022).

Memang, bukan besi baja dalam bentuk steel rock, melainkan yang sudah di fabrikasi sehingga diterima oleh dunia, salah satunya Amerika yang menggunakan produk ini untuk pembangunan bandara Los Angeles.

Kabar lebih gembiranya lagi, Lutfi mengatakan melalui Australia-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia sudah berhasil mengekspor 300.000 mobil ke Australia pada 2021. Dia juga melihat Australia menjadi pasar yang menguntungkan untuk kedepannya.

Sementara itu untuk CPO, ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin mengatakan kinerja CPO naik daun tetapi justru berdampak pada harga minyak goreng di Indonesia.

“Harga CPO naik 100 persen akibat pemanfaatan energi yang naik hingga 24 persen dalam dua tahun terakhir, sehingga meningkatkan harga minyak goreng, dan menimbulkan persoalan baru di dalam negeri,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper