Bisnis.com, JAKARTA - PT FLYND Teknologi Indonesia, penyedia aplikasi operasional logistik, menargetkan ekspansi penyediaan teknologi sistem manajemen transportasi ke seluruh moda angkutan pengiriman barang yakni darat, laut, dan udara.
Saat ini, FLYND baru menyediakan solusi operasional logistik end-to-end yakni Transportation Management System (TMS) untuk angkutan logistik darat saja. Teknologi tersebut ditujukan untuk membantu operasional logistik dari sisi pengelolaan pesanan barang hingga pelacakan pengiriman barang dan kurir/pengemudi.
Berdasarkan perkembangan penggunaan TMS hingga saat ini, CEO dan CO-Founder Okky Angga mengatakan bahwa FLYND tahun ini sedang mengembangkan platform untuk bisa menjangkau angkutan logistik darat dan laut juga.
"Jadi baik laut dan udara, itu kita bisa kombinasi. Jadi, itu juga salah satu yang saya ingin di [target FLYND] 2022 ini. Karena, kita tahu logistik itu terpecah-pecah, ada kargo laut, udara, parcel, kargo kereta api, atau ekspor-impor. Tapi sebenarnya, at the end of the day, itu semuanya nyambung," tuturnya, Jumat (18/2/2022).
Okky menceritakan bahwa saat pertama kali FLYND diluncurkan pada 2018, pelaku usaha logistik belum mengetahui atau terbiasa dengan sistem operasional berbasis TMS tersebut. Dia menambahkan bahwa bahkan hingga saat ini, beberapa masih menjalankan proses logistik secara manual.
Namun, Okky menilai terdapat perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Kendati demikian, dia menyebut belum semua pelaku usaha logistik sudah terbiasa dengan memanfaatkan sistem teknologi yang tersedia.
Setelah para pelaku logistik terbiasa menggunakan sistem tersebut, maka FLYND baru akan bergerak ke poin selanjutnya yakni berekspansi ke moda logistik lainnya yakni laut, udara, kereta api, dan lain-lain.
"Poin berikutnya lebih kompleks seperti kargo udara dan laut. Kenapa? Karena orang-orang yang terlibat itu bermacam-macam. Kalau kargo darat cuma planner yang di kantor sama driver, atau mentok koordinator lapangan saja. Sedangkan kalau di kargo laut ada pelabuhan, depo, pajak, bea dan cukai, pelabuhan tujuan. Pihak yang dilibatkan banyak sekali dan [sulit] untuk membawa semuanya ke satu platform," tuturnya.
Saat ini, tantangan yang dihadapi FLYND adalah meyakinkan para pelaku logistik selain jalur darat, untuk menggunakan FLYND. Oleh sebab itu, saat ini perusahaan teknologi tersebut masih akan fokus pada logistik darat terlebih dahulu sambil mengembangkan untuk moda logistik lainnya.
Okky menargetkan pihaknya bisa mulai menyediakan platform sistem operasional logistik end-to-end untuk jalur non-darat pada paruh kedua tahun ini.
"Kalau untuk timeline, kita aim sekitar kuartal III/2022 untuk bisa jalan karena yang kita bangun betul-betul perancangan supply chain dari hulu ke hilir. Jadi ini sudah kombinasi semuanya," tutupnya.
Adapun, untuk jangkauan wilayah, saat ini platform FLYND sudah menjangkau jasa logistik di beberapa daerah, utamanya di Pulau Jawa dan Bali. Contohnya, Jabodetabek, Surabaya, Semarang, dan Bali. FLYND juga sudah digunakan pada kegiatan logistik di luar Jawa, seperti di Medan, dan Kendari.