Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkap dua hal yang akan menjadi kunci untuk efisiensi logistik Indonesia, guna menekan biaya logistik yang tinggi.
Staf Ahli Bidang Logistik, Intermodal, dan Keselamatan Kementerian Perhubungan Cris Kuntadi menyampaikan bahwa alih moda dan impelementasi teknologi digital atau digitalisasi yang terintegrasi, merupakan kunci untuk menekan biaya logistik di Indonesia yang tinggi.
Pertama, alih modal dinilai penting karena dominasi moda angkutan jalur darat terhadap total share angkutan barang nasional. Cris mengungkap bahwa angkutan barang via jalan raya mendominasi hingga 90,4 persen.
Sementara itu, share moda angkutan barang nasional lainnya jauh lebih rendah yakni laut 7,0 persen, ASDP 2,0 persen, kereta 0,6 persen, dan terendah yakni pesawat 0,04 persen.
"Perlu ada shifting atau ahli moda, atau mungkin multimoda bisa berperan. Jadi jalan raya itu digunakan untuk rute-rute yang pendek, sedangkan untuk rute jauh kita alihkan ke laut dan kereta api, atau bisa ke penerbangan yang share-nya sangat kecil. Nyaris tidak ada," tutur Cris pada Angkasa Pura Logistik (APLOG) Logistics Forum Webinar, Rabu (16/2/2022).
Dia meminta agar pelaku usaha jasa logistik bisa ikut berkontribusi dalam mendorong alih moda.
Baca Juga
Dari sisi kebijakan pemerintah, Direktorat Jenderal Perhubungan Kemenhub telah melangsungkan operasi penjaringan truk Over Dimension dan Over Loading (ODOL), menuju Indonesia Zero ODOL Januari 2023. Artinya, pemerintah agar tidak ada lagi truk atau kendaraan barang yang melanggar batas ukuran dan muatan, melintasi jalan raya dan jalan tol.
Namun, Cris menambahkan bahwa kebijakan tersebut tidak berarti moda angkutan jalan raya akan otomatis berkurang, dan sebaliknya beralih ke moda angkutan lain yang lebih besar seperti laut, kereta, dan udara.
"Atau justru bisa menambah jumlah angkutan jalan raya. Kalau tadinya satu truk [ODOL] bisa membawa [muatan] 30 ton padahal batasnya 12 ton, berarti dari satu bisa bertambah menjadi tiga truk. Berarti akan terjadi kemacetan luar biasa, konsumsi BBM bersubsidi yang semakin besar, polusi semakin tinggi, dan kecelakaan tidak bisa terhindarkan," jelasnya.
Kedua, integrasi melalui digitalisasi pada ekosistem logistik diharapkan bisa mengefisienkan kegiatan logistik, yang awalnya dilakukan secara manual. Melalui penerapan sistem National Logistic Ecosystem (NLE), rangkaian kegiatan logistik diintegrasikan untuk kegiatan ekspor-impor, menjadi satu kesatuan dengan pemanfaatan teknologi informasi.
Selain itu, integrasi proses logistik melalui NLE didorong melalui penguatan sistem pengelolaan sarana pengangkut; penguatan sistem pengelolaan manifes dan pergerakan sarana pengangkut; penguatan sistem pengelolaan simpul transportasi; dan penguatan sistem berbasis Single Submission/Single Window.
"Sehingga, jika tadinya kalau kita mengurus sesuatu [urusan logistik] harus datang ke satu per satu kantor pemerintahan, [melalui digitalisasi] akan menjadi satu pintu," tuturnya.
Dengan begitu, Cris menyampaikan bahwa NLE bisa menurunkan biaya logistik; sharing kapasitas logistik; menumbuhkan ekonomi digital; meningkatkan transparansi layanan; menghubungkan sistem antar kementerian/lembaga; mengurangi mata rantai logsitik; tidak ada duplikasi dan repetisi; serta menghilangkan proses manual.